Jakarta, teckknow.com – Ada sebuah momen ketika seorang gamer menceritakan pengalamannya memainkan Tetris Effect untuk pertama kali pada malam yang lengang. Setelah mematikan lampu kamarnya, ia memasang headset, lalu memulai permainan yang ia pikir hanyalah Tetris versi modern. Tapi beberapa menit kemudian, ia merasa seperti sedang masuk ke sebuah dunia lain—dunia yang berdenyut mengikuti setiap putaran balok. Aneh, indah, dan hampir mistis.
Tetris Effect bukan sekadar permainan puzzle yang kita kenal sejak kecil. Game ini adalah reinterpretasi dari karya klasik yang pada awalnya lahir dari Uni Soviet pada era 1980-an. Namun versi modern ini, yang dikembangkan oleh Enhance Games bersama Tetsuya Mizuguchi, membawa pendekatan yang berbeda: bukan hanya soal menyusun balok, tetapi merasakan ritme hidup yang mengalir melalui setiap gerakan.
Konsep ini berangkat dari fenomena yang hampir semua orang pernah alami. Pernahkah Baginda Dio bermain Tetris terlalu lama hingga pola baloknya muncul dalam pikiran, bahkan saat mata terpejam? Itulah yang disebut “Tetris Effect”—sebuah istilah nyata yang diambil oleh psikologi dan kemudian dijadikan nama untuk game ini. Fenomena itu kemudian diterjemahkan menjadi pengalaman audiovisual yang intens, menyeluruh, dan sangat emosional.
Seperti banyak laporan dari media Indonesia tentang perkembangan game modern yang semakin mengarah pada pengalaman imersif, Tetris Effect menjadi salah satu bukti nyata bahwa permainan klasik bisa berevolusi menjadi karya seni. Tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan rasa. Ada ketenangan, ada ketegangan, ada perjalanan batin di balik setiap rotasi balok.
Dan menariknya, semua itu dibangun di atas mekanisme yang sama sederhana seperti dulu: menyusun balok yang jatuh dari atas layar.
Evolusi Tetris Menjadi Pengalaman Sinematik

Menyusun balok memang inti gameplay, tetapi Tetris Effect meledak sebagai sebuah pengalaman sinematik yang memadukan seni visual, suara, dan emosi. Saat memulai permainan, pemain disambut dengan pemandangan digital yang terus berubah—mulai dari gurun pasir, hamparan laut, hingga ruang angkasa yang penuh bintang. Semuanya berubah mengikuti ritme permainan.
Game ini bahkan dianugerahi banyak penghargaan global, dan media Indonesia pun turut menyoroti bagaimana Tetris Effect membawa standar baru dalam barisan game puzzle. Beberapa media menjelaskan bagaimana Mizuguchi, sang kreator, memadukan konsep synesthesia—fenomena ketika indera saling terhubung—ke dalam game modern.
Setiap rotasi balok menghasilkan suara. Setiap balok jatuh menimbulkan nada. Ketika pemain beraksi dengan cepat, musik ikut memuncak. Seolah pemain sedang mengarahkan sebuah orkestra digital.
Salah satu momen paling menggetarkan dalam game ini terjadi pada stage bertema laut. Balok jatuh seperti gelembung air, musiknya terdengar lembut namun semakin lama semakin intens. Di tengah permainan, muncul visual paus biru yang melintas dari kejauhan, seakan dunia bawah laut sedang menyaksikan perjuangan pemain mencapai “zone”.
“Zone” adalah fitur baru dalam Tetris Effect. Ketika aktif, waktu seakan melambat. Pemain bisa menyusun balok sebanyak mungkin tanpa membuat baris menghilang. Fitur ini menciptakan perasaan seperti memasuki trance—fokus total yang mengingatkan pada konsep mindfulness.
Beberapa pemain yang diwawancarai di media menyebut Tetris Effect sebagai game yang bisa menenangkan pikiran. Ada ritme yang membuat pemain merasakan aliran fokus yang jernih. Aneh memang, mengingat Tetris awalnya dianggap sebagai game yang memicu stres karena percepatan balok yang makin lama makin cepat. Namun versi modernnya justru menghadirkan rasa damai.
Tetris Effect dalam Perspektif Psikologis: Mengapa Game Ini Begitu Melekat
Fenomena “Tetris Effect” pada dunia nyata mengacu pada efek samping dari aktivitas repetitif yang begitu intens sehingga otak terus mengulangnya, bahkan di luar waktu bermain. Ilmuwan neurologi pernah meneliti fenomena ini dan menemukan bahwa Tetris merangsang bagian otak yang mengatur persepsi visual dan spasial.
Dalam versi game modernnya, konsep ini bukan hanya dipertahankan, tetapi dieksplorasi secara mendalam.
Ada teori bahwa bermain Tetris membantu menenangkan pikiran. Ketika pemain fokus menyusun bentuk-bentuk sederhana, pikiran tidak tersesat ke hal-hal lain. Hal ini sempat diberitakan oleh beberapa media Indonesia sebagai salah satu alasan mengapa game puzzle klasik tetap relevan setelah puluhan tahun. Permainan memberikan rasa kontrol kecil dalam hidup yang penuh kekacauan.
Tetris Effect membawa fenomena ini ke level yang berbeda. Sebuah anekdot menarik datang dari seorang pemain yang bercerita di sebuah forum lokal, bahwa setelah mengalami hari panjang penuh tekanan, ia menyalakan Tetris Effect di ruang tamu. Musik latar begitu lembut, suara balok jatuh sangat halus, dan ia merasa seperti pikirannya dibersihkan sedikit demi sedikit.
Beberapa psikolog bahkan menyebut, aktivitas repetitif dalam game seperti ini bisa menjadi bentuk ringan dari terapi kognitif. Layar yang terus bergerak, ritme yang stabil, dan tantangan yang tidak terlalu menekan membuat otak masuk ke mode fokus yang nyaman. Game ini bukan hanya memberikan hiburan, tetapi juga ketenangan.
Kata kunci “Tetris Effect” bukan hanya nama game, tetapi nama kondisi psikologis yang benar-benar eksis. Yang menarik, game ini justru memanfaatkan fenomena itu sebagai fondasi desain.
Dan ya, game ini berhasil.
Pemain akan merasakan bagaimana pola dan ritme permainan tertanam dalam pikiran. Bahkan setelah selesai bermain, beberapa orang masih bisa “mendengar” gemerisik balok jatuh atau musik ambient yang biasanya menyertai Level Journey Mode.
Journey Mode: Perjalanan Emosional yang Layak Dinikmati Perlahan
Jika ada satu mode yang paling membuat Tetris Effect terasa seperti perjalanan spiritual, maka itu adalah Journey Mode. Mode ini dirancang seperti sebuah cerita tanpa dialog. Setiap level memiliki tema, suasana, dan atmosfer yang berbeda. Pemain seperti sedang melakukan perjalanan melintasi berbagai dunia.
Mulai dari gua berapi dengan ritme musik tribal, hingga hamparan luar angkasa yang menunjukkan bintang-bintang yang berdenyut mengikuti tempo permainan. Perubahan tempo di setiap tahap menciptakan narasi emosional yang tidak membutuhkan kata-kata.
Baginda Dio mungkin akan merasakan ketukan hati yang bertambah cepat saat musik semakin intens, atau merasakan ketenangan saat memasuki level dengan nuansa pegunungan bersalju. Semuanya mengalir begitu halus.
Journey Mode menjadi inti pengalaman Tetris Effect, dan beberapa media game di Indonesia mengungkapkan kekaguman mereka terhadap bagaimana mode ini disusun. Mereka menyebutnya sebagai “perjalanan imajinasi” atau bahkan “meditasi interaktif”.
Yang menarik, terdapat momen-momen kecil yang terasa seperti metaphor kehidupan. Ketika pemain hampir kalah dan balok mulai menumpuk terlalu tinggi, musik seakan ikut menegang, dan visual berubah menjadi lebih suram. Namun saat pemain kembali mengendalikan keadaan, ritme harmonis muncul lagi. Secara tidak langsung, game ini mengajarkan bahwa pola rumit hidup dapat disusun sedikit demi sedikit hingga akhirnya menemukan bentuk yang tepat.
Anehnya, permainan yang begitu sederhana dapat menciptakan rasa pencapaian yang sangat personal. Saat berhasil melewati satu level dengan tempo cepat, ada sensasi seperti melewati rintangan kehidupan yang sulit.
Kesalahan kecil pun sering terjadi—balok miring yang tidak sengaja diputar, atau kita menaruh bentuk L di tempat yang salah. Namun game ini tidak menghukum pemain secara brutal. Justru ia mengajak kita untuk memperbaiki sedikit demi sedikit, seperti memperbaiki hari yang buruk.
Multiplayer dan Mode Modern Lainnya: Evolusi yang Tetap Menghormati Asal-Usul
Dengan rilisnya Tetris Effect: Connected, game ini mendapatkan dimensi baru: multiplayer. Pemain kini bisa bekerja sama melawan AI atau berhadapan satu sama lain. Yang menarik, mode co-op menghadirkan pengalaman unik: tiga pemain bisa menyatukan papan permainan menjadi satu area besar dan bermain bersama dalam irama yang terkoordinasi.
Konsep ini jarang ditemukan di game puzzle. Biasanya pemain saling beradu kecepatan. Namun di Tetris Effect, kolaborasi justru menjadi tema besar. Pemain saling mengisi kekosongan balok, menyusun ritme bersama, dan mengalahkan bos digital yang bergerak mengikuti tempo.
Media Indonesia yang meliput rilis versi Connected menyoroti bagaimana mode ini menciptakan rasa kebersamaan yang jarang muncul di game puzzle. Ada juga mode kompetitif yang membawa suasana arcade, tetapi tetap dengan visual modern yang memanjakan mata.
Meski hadir dengan berbagai mode baru, inti permainan tetap setia pada sejarah Tetris. Mekanismenya tidak berubah. Tidak ada trik rumit. Tidak ada fitur yang membuat game terasa asing.
Itulah kekuatan Tetris Effect: ia berkembang tanpa meninggalkan jati dirinya.
Penutup: Tetris Effect sebagai Pengalaman Personal, Bukan Sekadar Game
Sulit untuk menggambarkan Tetris Effect hanya sebagai game puzzle. Ini adalah perjalanan sensorik, emosional, dan bahkan meditatif yang dibangun di atas fondasi permainan paling klasik yang pernah ada.
Beberapa pemain menyebutnya sebagai “game yang menyentuh hati”, meski tidak ada satu kata pun dialog. Visualnya mampu membuat pemain tertegun, musiknya mampu membawa kita hanyut, dan gameplay klasiknya tetap memberikan ketegangan yang membuat kita terus ingin mencoba lagi.
Tetris Effect membuat kita bertanya: bagaimana sebuah game sederhana dapat memicu perasaan sedalam ini? Jawabannya terletak pada desain yang menghormati masa lalu, memeluk masa kini, dan menatap masa depan.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Gaming
Baca Juga Artikel Dari: Human: Fall Flat – Mengapa Game Fisik Komedi Ini Tetap Jadi Favorit Para Gamer Gen Z & Milenial