Jakarta, teckknow.com – Sebagai pembawa berita yang sudah puluhan kali meliput fenomena game online, saya cukup jarang menemukan sebuah judul yang mampu menciptakan hype besar hanya dari cuplikan trailer dan test server. Tapi The First Descendant, game looter-shooter bergaya futuristik, berhasil melakukannya. Bahkan sebelum perilisan globalnya, berbagai komunitas gamer Indonesia sudah membahasnya di forum, livestream, dan media sosial. Banyak yang penasaran, banyak juga yang skeptis, karena ekspektasi untuk genre seperti ini selalu tinggi.
Saya masih ingat momen saat seorang gamer bernama Oka—seorang pemain veteran game RPG online—mengirim pesan, “Bro, kamu harus coba The First Descendant. Ini kayak Destiny ketemu Warframe tapi dibikin lebih modern.” Awalnya saya menganggapnya berlebihan, tetapi setelah mencoba beberapa jam, saya baru paham. Game ini bukan sekadar tiruan; ia mencoba menghadirkan pengalaman baru yang menarik.
The First Descendant dikembangkan oleh NEXON dan dibangun menggunakan Unreal Engine 5, teknologi grafis yang sedang ramai dibicarakan di dunia industri gim. Tidak heran banyak media Indonesia menyoroti visualnya yang super bersih, efek partikel yang hidup, hingga desain dunia yang terasa seperti gabungan antara cyberpunk dan dunia fantasi futuristik. Sebagai jurnalis yang gemar mengamati detail visual—kadang sampai terlalu teliti—saya melihat bahwa world-building yang ditawarkan game ini cukup matang untuk ukuran gim free-to-play.
Namun, yang membuatnya benar-benar berbeda bukan hanya visual, tetapi intensitas battle-nya. Setiap kali pemain masuk ke zona pertarungan melawan bos raksasa, sensasinya seperti mengikuti siaran langsung pertandingan e-sports: cepat, kacau, dan memompa adrenalin. Bahkan, ada saat di mana saya hampir lupa mengambil catatan untuk liputan karena terlalu asik menembak dan melompat dari satu titik ke titik lain.
Dunia dan Cerita The First Descendant – Perpaduan Fiksi Ilmiah dan Konflik yang Megah

Salah satu hal menarik dari The First Descendant adalah upayanya untuk menghadirkan cerita yang cukup dalam—setidaknya untuk standar looter-shooter. Game ini membawa pemain ke dunia bernama Ingris, sebuah dunia futuristik yang tengah dihancurkan oleh kekuatan luar bernama Vulgus. Para Descendant—sekelompok prajurit dengan kekuatan unik—menjadi harapan terakhir umat manusia.
Sebagai pembawa berita, saya sering tertarik ketika sebuah game memberikan world-building yang kuat. Dalam berbagai laporan dan ulasan media nasional, banyak penulis yang menyoroti bagaimana cutscene dan dialog mampu memberi gambaran jelas mengenai konflik dunia, meski tidak terlalu mendalam. Namun, bagi genre looter-shooter, pendekatan seperti ini sudah cukup karena fokus utamanya memang pada gameplay dan pengalaman multiplayer.
The First Descendant memberi pemain peran sebagai salah satu Descendant. Mereka bukan sekadar karakter biasa; masing-masing memiliki kemampuan spesial yang bisa mengubah jalannya pertarungan. Di sinilah karakter RPG terasa sangat hidup. Misalnya:
-
Lepic, karakter yang sering saya gunakan, adalah turret-wielder yang dapat memberikan damage area besar.
-
Viessa, dengan kemampuan ice-control, mampu menghambat musuh dan menciptakan crowd control yang efektif.
-
Bunny, karakter cepat dengan desain unik, punya kemampuan listrik yang membuat mobilitas jadi kunci gameplay.
Saya masih ingat saat mencoba Bunny untuk pertama kali. Rasanya seperti mengemudikan jet mini yang tidak bisa diam. Di tengah pertarungan melawan bos raksasa, saya sempat tergelincir ke sisi tebing karena terlalu bersemangat melompat—momen kecil yang membuat saya tertawa sendiri meski agak memalukan.
Cerita dalam The First Descendant mungkin tidak sedalam RPG premium, tetapi cukup untuk menyatukan gameplay, karakter, dan dunia. Dan sebagai gim yang fokus pada aksi cepat, itu sudah memenuhi ekspektasi banyak pemain.
Gameplay The First Descendant – Looter-Shooter yang Enerjik dan Sinematik
Gameplay adalah inti dari The First Descendant. NEXON tampaknya benar-benar memahami bahwa game looter-shooter harus menghadirkan pertempuran yang cepat, intens, dan memuaskan. Sebagai jurnalis yang pernah mencoba puluhan game sejenis, saya bisa mengatakan bahwa game ini punya “feel” tembakan yang cukup solid.
1. Combat yang Gesit dan Padat Aksi
Pertempuran dalam game ini didesain agar pemain selalu bergerak. Jump, grappling hook, dash, hingga skill khusus membuat pemain jarang diam. Grappling hook adalah bintangnya. Fitur ini membuat mobilitas terasa bebas dan sangat stylish. Tidak heran banyak pemain di komunitas menggambarkannya sebagai salah satu fitur terbaik game.
2. Sistem Loot yang Membuat Ketagihan
Seperti game looter-shooter lainnya, loot adalah nyawanya. Pemain mengumpulkan senjata, modul, dan komponen karakter untuk memperkuat build masing-masing. Banyak pemain di Indonesia menyebut bahwa sistem loot game ini cukup rewarding, meski terkadang grind-nya lumayan berat.
3. Pertarungan Melawan Bos Kolosal
Inilah bagian yang membuat game ini terasa “besar”. Ada misi yang secara khusus mengharuskan pemain melawan bos berukuran raksasa, mirip gaya Monster Hunter tapi dengan senjata futuristik. Sensasi adrenalin saat berlari menghindari laser atau memanjat tubuh bos untuk menghancurkan titik kelemahan adalah pengalaman yang sulit dilewatkan.
4. Co-op Multiplayer yang Seru dan Dinamis
Game ini sangat bersinar ketika dimainkan dalam tim. Kolaborasi skill antar karakter membuat setiap misi terasa berbeda. Saya pernah satu tim dengan pemain random yang kebetulan sangat mahir mengendalikan Viessa. Ia membekukan musuh tepat saat saya menembakkan sebuah granat, hasilnya damage besar yang membuat kami berdua merasa seperti duo pahlawan super.
Gameplay The First Descendant terasa seperti perayaan aksi futuristik yang dikemas dengan gaya modern dan visual memukau.
Visual, Grafis, dan Dunia Futuristik yang Menjadi Identitas The First Descendant
Salah satu alasan game ini ramai dibicarakan oleh media Indonesia adalah grafisnya. Dibangun menggunakan Unreal Engine 5, The First Descendant menawarkan tampilan sinematik yang jarang ditemukan pada game free-to-play. Dunia futuristiknya memiliki detail dan pencahayaan yang sangat memanjakan mata.
Dalam beberapa scene, saya bahkan berhenti sejenak hanya untuk menikmati pemandangan kota futuristik yang dipenuhi hologram, menara logam berkilau, dan struktur sci-fi yang tampak seperti gabungan antara cyberpunk dan desain militeristik. Saya sempat salah mengira sebuah bangunan sebagai objek interaktif padahal itu hanya latar belakang—detailnya terlalu bagus.
Kualitas visual karakter juga menjadi sorotan. Setiap Descendant didesain dengan gaya unik, dari kostum futuristik hingga efek skill yang mencolok. Bunny, misalnya, menjadi salah satu karakter yang viral karena desainnya yang unik dan gaya bertarungnya yang penuh energi.
Media nasional menyebut bahwa The First Descendant menempatkan standar baru untuk kualitas visual di game gratis. Dan dari pengalaman saya bermain, klaim itu tidak berlebihan.
The First Descendant di Indonesia – Antusiasme, Kritik, dan Masa Depan Game Ini
Setelah perilisan globalnya, antusiasme pemain Indonesia langsung terlihat. Berbagai streamer mulai melakukan live review—dari caster FPS nasional, gamer kasual, hingga creator yang biasanya memainkan RPG. Banyak yang terpesona oleh gameplay-nya, tetapi tentu saja tidak semuanya mulus.
Respons Positif Pemain Indonesia
-
Visual memanjakan mata
-
Gameplay cepat dan adiktif
-
Sistem co-op yang menyenangkan
-
Karakter-karakter yang stylish dan bervariasi
Bahkan beberapa komunitas menyebut game ini sebagai “Warframe versi modern” atau “Destiny yang lebih stylish”.
Kritik dan Catatan yang Banyak Dibahas
-
Grind lumayan berat untuk mendapatkan karakter baru
-
Beberapa bug kecil di mode tertentu
-
Keseimbangan senjata kadang berubah drastis
-
Butuh koneksi internet yang stabil karena game ini berbasis online penuh
Sebagai jurnalis, saya melihat kritik tersebut wajar untuk gim baru, terlebih gim besar yang mengandalkan server global. Namun, NEXON cukup responsif dalam memberikan patch dan update.
Masa Depan The First Descendant
Game ini punya potensi besar jika terus diperbarui dengan baik. Pasar Indonesia menyukai game yang punya kombinasi aksi cepat, fitur co-op, dan karakter stylish—tiga hal yang dimiliki The First Descendant.
Dalam beberapa waktu ke depan, game ini mungkin akan berkembang menjadi salah satu pilar game online besar di Asia, asalkan tetap menjaga keseimbangan gameplay dan tidak jatuh ke sistem pay-to-win.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Gaming
Baca Juga Artikel Dari: Avatar Frontiers of Pandora: Petualangan Dunia Baru yang Menghidupkan Alam Pandora Lewat Game Next-Gen