Jangan tertipu oleh judulnya. Neon Abyss bukan sekadar game yang penuh warna neon dan tembakan di layar. Ini adalah pengalaman yang benar-benar… ya, kacau. Tapi dalam arti yang menyenangkan dan bikin susah lepas.
Saya pertama kali mengenal game ini dari seorang teman gamer yang bilang, “Coba aja deh. Ini kayak Dead Cells ketemu EDM festival.” Saya tertawa saat itu, tapi akhirnya dia benar. Ketika akhirnya saya coba di tengah malam, dengan headphone yang pas dan lampu kamar dimatikan, saya seperti masuk ke dunia lain.
Neon Abyss adalah game action-platformer roguelike dari Veewo Games, diterbitkan oleh Team17. Dirilis pada 2020, game ini langsung mendapat atensi dari komunitas gamer karena tampilannya yang psychedelic, gameplay yang cepat, dan sistem loot serta evolusi karakter yang gila.
Tapi mari kita tarik ke belakang sedikit. Apa sih yang bikin game ini beda? Kenapa banyak gamer casual maupun veteran roguelike kepincut? Dan apakah Neon Abyss cuma soal gaya, atau juga punya isi?
Sebagai pembawa berita yang juga seorang pemain game di sela-sela kerja, saya ajak kamu menyelami labirin gila dalam Neon Abyss—game yang mungkin tak sempurna, tapi benar-benar memorable.
Dunia, Cerita, dan Chaos: Apa yang Terjadi di Neon Abyss?
Dari menit pertama, Neon Abyss sudah menyatakan bahwa logika bukan prioritas utama. Ceritanya cukup absurd: kamu adalah bagian dari “Grim Squad,” sekelompok tentara dunia bawah yang dikirim oleh Hades (ya, dewa dunia bawah dalam mitologi Yunani) untuk menghancurkan New Gods—manifestasi digital yang mencerminkan kapitalisme modern seperti dewa media, kekuasaan, hingga perdagangan.
Kamu akan menjelajahi dungeon neon yang terus berubah, dengan tema visual yang gila: mix antara dunia cyberpunk, night club, dan glitch digital. Tidak ada peta statis. Tiap dungeon dibuat secara prosedural, artinya setiap run akan memberi pengalaman yang berbeda.
Dan jangan harap kamu bisa mengingat jalurnya. Dunia Neon Abyss dirancang untuk membuatmu tetap waspada—kadang sampai frustrasi, tapi juga selalu penasaran.
Yang menarik, cerita bukan fokus utama, tapi lebih ke konteks latar yang membungkus gameplay. Tapi itu bukan masalah. Karena di dunia roguelike, narasi bukanlah peta jalan. Ia hanyalah hiasan di dinding koridor penuh peluru dan laser.
Gameplay: Cepat, Gila, dan Penuh Kemungkinan yang Tak Terduga
Gameplay adalah jantung Neon Abyss. Dan game ini tidak menahan diri.
a. Sistem Roguelike
Kamu mulai dengan karakter dasar, lalu menyusuri dungeon yang penuh musuh, peti harta, dan jebakan. Ketika mati, semua loot hilang, dan kamu kembali ke awal. Tapi kamu akan mendapatkan mata uang (semacam kristal) yang bisa digunakan untuk upgrade permanen di bar utama.
Setiap run berbeda. Tidak ada jalur yang bisa diprediksi. Tidak ada kombinasi item yang pasti. Ini adalah chaos yang dikurasi.
b. Loot dan Kombinasi Item
Salah satu daya tarik terbesar Neon Abyss adalah item-nya. Ada ratusan kombinasi yang mungkin kamu dapatkan—dari telur peliharaan (yang bisa jadi makhluk aneh), senjata absurd (seperti senapan yang menembak kucing), hingga modifikasi pasif yang efeknya gila (lompatan tak terbatas, peluru ganda, gravitasi dibalik, dll).
Yang bikin ketagihan? Setiap run memberimu kemungkinan jadi karakter overpower—atau sebaliknya, makhluk setengah nyawa dengan senjata rusak.
Saya pernah punya run di mana saya bisa double-jump sambil terbang, punya 3 pet telur aktif, dan peluru saya menembak petir yang memantul. Saya merasa seperti dewa. Tapi run berikutnya? Mati karena kehabisan peluru dan salah loncat ke ranjau.
c. Bos: Manifestasi Kapitalisme dalam Wujud Digital
Setiap level diakhiri dengan boss fight yang unik. Nama-namanya? Nick, God of Mobile Video; Claudia, God of Idol; hingga Zeus sendiri. Setiap bos punya pola serangan dan arena tersendiri, membuat setiap pertarungan jadi penuh adrenalin.
Yang menarik: di balik nama-nama lucu itu, kamu bisa melihat satire terhadap dunia modern—bos yang mengiklankan produk, yang menyerang dengan emoji, yang punya shield dari followers.
Ini seperti komentar sosial yang diselipkan dalam peluru dan neon.
Musik, Visual, dan Detail yang Bikin Dunia Ini Terasa Hidup
Mungkin kamu bisa mengatakan: gameplay Neon Abyss mirip game lain. Tapi yang membuatnya berdiri sendiri adalah estetikanya.
a. Visual: Neon, Glitch, dan Digital Mayhem
Setiap koridor, musuh, bahkan ledakan punya aura neon yang menyala terang. Animasi smooth, efek partikel hidup, dan desain karakter yang weird—but cool.
Desain ini bukan hanya kosmetik. Ia juga fungsional. Kamu bisa langsung tahu item mana yang rare, zona mana yang berbahaya, bahkan status musuh hanya dari efek visual.
Dan ya, warnanya kadang bisa bikin mata lelah. Tapi di sisi lain, rasanya seperti masuk ke dunia rave digital yang menggigit.
b. Musik: EDM yang Membangkitkan Adrenalin
Soundtrack di Neon Abyss bukan main-main. Musik elektronik yang intens mengiringi tiap run, berubah tempo saat masuk ke ruangan bos, dan menyesuaikan dengan ritme permainan.
Saya pernah main jam 2 pagi dan volume terlalu kencang. Tetangga sebelah kirim pesan: “Lo lagi clubbing sendirian?”
Ya, Neon Abyss memang punya vibe clubbing. Tapi bukan club biasa—lebih mirip klub di neraka digital yang penuh glitch dan peluru.
Belajar dari Kekacauan: Apa yang Bisa Diambil dari Pengalaman Bermain?
Sebagai jurnalis yang terbiasa menyusun narasi rapi, Neon Abyss adalah kekacauan yang membebaskan. Game ini mengajarkan bahwa tidak semua hal harus terstruktur untuk bisa memberi pengalaman yang kuat.
a. Adaptif adalah Kunci
Karena game ini berubah setiap kali dimainkan, kamu dilatih untuk berpikir cepat, adaptif, dan tidak terpaku pada strategi lama. Ini mirip dunia kerja digital sekarang, bukan?
b. Kegagalan Bukan Akhir, Tapi Awal dari Run Berikutnya
Dalam hidup, kita sering takut gagal. Tapi di Neon Abyss, kematian bukan akhir. Itu hanya pengantar untuk run berikutnya. Dengan sedikit upgrade, dan banyak harapan.
Saya jadi berpikir: mungkin kita butuh lebih banyak pengalaman hidup yang modelnya kayak roguelike. Gagal, ya coba lagi. Belajar dari kombinasi yang salah, dan bangkit dengan build yang baru.
c. Keseruan Ada di Eksperimen
Neon Abyss memberi ruang untuk eksperimen. Tidak ada satu cara benar untuk menyelesaikan game ini. Justru di tengah ketidakpastian itulah, muncul momen-momen paling menyenangkan.
Penutup: Neon Abyss Adalah Kekacauan yang Layak Dicoba—Setidaknya Sekali
Apakah Neon Abyss game sempurna? Tidak. Beberapa orang akan merasa bosan setelah run ke-20. Beberapa akan mengeluhkan repetisi atau RNG yang kadang kejam. Tapi buat saya, ini game yang tahu siapa dirinya: penuh warna, cepat, absurd, dan… surprisingly dalam.
Neon Abyss adalah tempat di mana kekacauan punya pola. Di mana setiap lari adalah peluang untuk berevolusi. Dan di mana pembelajaran datang bukan dari menang, tapi dari hancur berkeping-keping dan bangkit lagi.
Jika kamu mencari game yang bisa mengisi malam-malam kosong, sekaligus melatih insting dan refleks, sekaligus memberi komentar halus tentang dunia digital kita hari ini—Neon Abyss pantas dicoba.
Dan seperti dunia yang kita jalani: kadang kamu menang bukan karena kamu paling kuat. Tapi karena kamu paling siap menerima kegilaan dan menari bersamanya.
Baca Juga Artikel dari: Dagozilla ITB: Robot Sepak Bola Karya Bangsa Bikin Dunia Melirik
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Technology