Jadi, kalau saya bisa cerita sedikit—saya pertama kali jatuh ke lubang Apex Legends sekitar beberapa minggu setelah rilisnya. Awalnya, saya cuma iseng aja, nyoba main karena semua orang bilang gamenya seru. Saya juga sempat skeptis. Maksud saya, udah banyak banget game battle royale waktu itu, mulai dari Fortnite, PUBG, dan Call of Duty. Terus terang, saya nggak terlalu yakin Apex bakal menonjol. Tapi ya, ternyata saya salah besar. Sejak itu, Apex Legends terus jadi game battle royale favorit saya, dan sekarang saya bakal cerita kenapa.
Awal Mula yang Tidak Mudah
Saya nggak akan bohong, awalnya main Apex Legends terasa susah banget. Kombinasi antara kecepatan permainan dan kemampuan tiap legenda benar-benar bikin kepala pusing. Saya ingat pertama kali main sebagai Wraith karena dia terlihat keren. Tapi ternyata menggunakannya itu nggak segampang yang saya kira. Saya sering banget salah pakai skill, malah lari ke tempat-tempat yang nggak perlu, dan jadi target empuk. Di saat-saat itu, saya sempat berpikir, “Apakah saya terlalu tua untuk game ini?” Haha.
Tapi setelah beberapa kali match, saya mulai belajar beberapa hal kecil yang bikin permainan jadi lebih lancar. Salah satunya adalah menguasai ping system. Apex Legends mungkin punya salah satu ping system terbaik yang pernah ada di game battle royale, dan kalau kalian memanfaatkannya, itu bisa bikin kerja sama tim jauh lebih mudah. Nggak perlu ngomong atau ngetik, cukup ping item atau lokasi musuh, dan seluruh tim bisa tahu apa yang harus dilakukan.
Memahami Role Tiap Legend pada Apex Legends
Dari situ, saya mulai pelan-pelan belajar soal tiap legend. Di Apex Legends, tiap karakter punya kemampuan unik yang bisa banget jadi game changer kalau digunakan dengan baik. Wraith misalnya, punya kemampuan untuk menghilang sejenak dan membuka portal yang bisa dipakai seluruh tim. Di sisi lain, ada juga Bloodhound yang sangat berguna untuk tracking musuh. Tapi, saya sempat bikin kesalahan besar di awal: saya pikir saya bisa jago dengan semua legend. Nyatanya? Nggak gitu.
Setelah beberapa minggu main, akhirnya saya memutuskan untuk fokus ke satu atau dua legend saja. Bagi saya, Bloodhound dan Lifeline adalah kombinasi yang pas. Dengan Bloodhound, saya bisa bantu tim untuk tracking musuh dan menghindari kejutan nggak enak. Sedangkan dengan Lifeline, saya bisa jadi support buat tim. Salah satu pelajaran besar yang saya dapat di sini adalah, jangan terlalu memaksakan untuk jago dengan semua legend sekaligus. Fokus aja ke dua atau tiga, pelajari skill mereka sampai mahir, baru coba yang lain kalau udah siap.
Looting dan Menghindari Death Boxes (Serius)
Ngomong-ngomong soal loot, ini salah satu hal yang dulu sering bikin saya kalah di Apex Legends. Bayangin aja, saya sering banget terlalu fokus looting atau buka-buka death boxes, sampai lupa kalau saya lagi di tempat yang nggak aman. Musuh datang, saya lagi lengah, dan… ya udah, balik ke lobby.
Jadi, satu tips yang bisa saya kasih adalah jangan terlalu lama looting, terutama di awal permainan. Cukup ambil senjata dan armor yang layak, terus segera bergerak ke zona yang lebih aman. Saya juga belajar untuk selalu waspada sama musuh yang mungkin mengintai. Jangan ragu untuk meninggalkan death boxes yang penuh barang kalau itu bisa bikin kita lebih aman. Percayalah, kadang ada hal-hal yang nggak sebanding sama nyawa karaktermu.
Komunikasi adalah Kunci di Apex Legends
Satu hal yang bikin Apex Legends seru adalah aspek kerja samanya. Battle Royale ini bukan soal jadi yang paling jago nembak aja, tapi juga gimana caranya kita bisa bekerja sama sebagai tim. Jujur, saya dulu orangnya cukup egois di game ini, suka jalan sendiri dan nggak mau ikut keputusan tim. Tapi pengalaman pahit seringkali jadi guru yang baik. Saya akhirnya sadar kalau game ini bukan cuma soal solo kill, tapi lebih ke gimana caranya bisa bertahan hidup sebagai tim.
Jadi sekarang, saya selalu berusaha untuk komunikasi yang baik sama tim saya. Bahkan kalau main dengan random player, saya coba untuk tetap aktif kasih info dan ngikutin strategi tim. Kadang memang nggak semua orang mau diajak kerja sama, tapi saya belajar untuk tetap sabar dan ngelakuin yang terbaik. Salah satu trik yang membantu banget adalah selalu kasih info lokasi musuh dengan ping, terus kasih tahu kalau ada loot yang bagus. Dengan begitu, kita jadi lebih solid sebagai tim, dan bisa menghindari situasi kacau.
Kesalahan yang Membuat Saya Belajar
Tapi ya, saya nggak akan bilang kalau saya nggak pernah buat kesalahan konyol. Ada masa di mana saya terlalu percaya diri dan malah maju sendiri, cuma buat disergap musuh yang ternyata satu squad lengkap. Di lain waktu, saya pernah terlalu fokus ngejar kill sampai lupa sama zona aman. Pelajaran dari sini? Keserakahan itu bikin mati. Dan di Apex Legends, ini lebih nyata dari apa pun. Game ini ngajarin saya untuk lebih sabar dan tahu kapan waktu yang tepat buat maju atau mundur.
Jadi, kalau ada saran yang bisa saya kasih buat kalian yang baru mulai atau yang masih struggle di Apex Legends, itu adalah belajar dari setiap kesalahan. Nggak perlu langsung jago, karena di game ini, setiap detik bisa jadi pelajaran berharga. Dan yang terpenting, nikmati permainannya. Kalau nggak fun, ya buat apa, kan?
Nah, begitulah pengalaman saya dengan Apex Legends. Semoga cerita ini bisa sedikit membantu atau setidaknya memberi inspirasi buat kalian yang juga lagi berjuang di arena Apex Legends. Game ini seru banget, dan semakin kita paham cara mainnya, semakin banyak juga hal-hal kecil yang bikin kita jatuh cinta sama Apex Legends. Happy gaming, dan sampai jumpa di King’s Canyon!