Jakarta, teckknow.com – Saya masih ingat betul malam ketika Borderlands 3 rilis pertama kali. Teman saya, Dito, sampai rela ambil cuti dari kerjaan demi “main sehari penuh”. Dan jujur, saya juga tergoda—karena siapa sih yang gak mau nembakin psych* cults dengan senjata yang bisa ngomong sendiri?
Dirilis pada 2019 oleh Gearbox Software dan 2K Games, Borderlands 3 membawa kita kembali ke semesta penuh warna, kekerasan absurd, dan loot yang gak ada habisnya. Tapi yang bikin game ini istimewa bukan cuma senjatanya—melainkan bagaimana game ini menjadi simbol dari sebuah gaya hidup para gamer: brutal, lucu, dan agak nyeleneh.
Dalam artikel ini, kita akan menyelami kenapa Borderlands 3 tetap jadi game yang layak dimainkan meskipun dunia sudah berubah sejak 2019. Karena ternyata, dunia Borderlands masih jauh lebih kacau dari dunia nyata (walau beda tipis).
Dunia Tanpa Batas: Sistem Senjata yang Bikin Ketagihan
Salah satu alasan utama banyak orang jatuh cinta dengan Borderlands 3 adalah: senjatanya. Bukan cuma karena banyak, tapi karena kreatif banget.
Ada lebih dari satu miliar kombinasi senjata. Ya, kamu gak salah baca. Satu miliar.
Senjata bisa punya peluru pencari otomatis, bisa meledak jadi granat pas dilempar, bahkan ada yang ngebacotin kamu kalau kamu gak nembak cukup sering. Dalam game lain, senjata adalah alat. Tapi di Borderlands, mereka punya kepribadian.
Produsen Senjata: Siapa Favoritmu?
Setiap senjata punya pabrikan berbeda, dan ini bukan cuma gimmick. Misalnya:
-
Tediore: Senjata bisa dilempar kayak granat, lalu muncul kembali.
-
Jakobs: Damage besar, gaya koboi klasik, cocok buat headshot maniac.
-
Maliwan: Senjata elemental, biasanya punya dua mode api es atau listrik.
Mekanisme ini membuat pengalaman bermain jauh dari kata monoton. Kamu bisa gonta-ganti gaya main tergantung senjata yang kamu pakai.
Karakter Baru, Cerita Lama (Tapi Lebih Gila)
Empat karakter baru diperkenalkan dalam Borderlands 3, masing-masing dengan kemampuan unik dan gaya main yang berbeda:
-
Zane Flynt – Agen rahasia dengan gadget-gadget keren. Bisa summon drone, hologram, dan shield sekaligus.
-
Amara – Siren bertenaga mistis dengan kemampuan melee brutal.
-
Moze – Mantan tentara yang punya mecha raksasa bernama Iron Bear.
-
FL4K – Robot pemburu yang ditemani tiga jenis hewan peliharaan.
Semua karakter punya dialog, backstory, dan skill tree yang bikin kamu bisa menyesuaikan gaya main. Bosen jadi tank? Coba jadi assassin. Mau jadi DPS? Silakan. Role kamu bisa berubah seiring perkembangan karakter.
Musuh Bebuyutan: The Calypso Twins
Kalau di Borderlands 2 kita punya Handsome Jack, di Borderlands 3 kita disuguhi Tyreen dan Troy Calypso, dua influencer cult yang memimpin “Children of the Vault”. Parodi sosial media? Sangat. Mereka live-streaming pembantaian dan nge-vlog setiap penaklukan Vault. Dark comedy banget.
Dunia Lebih Luas: Tak Lagi Cuma Pandora
Kalau dulu kamu cuma keliling Pandora, sekarang kamu bisa terbang ke planet lain. Ini bikin variasi dunia di Borderlands 3 jauh lebih menarik:
-
Promethea: Dunia cyberpunk futuristik.
-
Eden-6: Hutan rawa penuh monster.
-
Athenas: Planet penuh misteri ala samurai.
Variasi ini bikin campaign jadi lebih dinamis. Setiap planet punya suasana, musuh, dan tantangan tersendiri.
Salah satu momen paling absurd adalah ketika saya dikejar robot pembersih yang marah karena saya injak kabelnya. Ya, Borderlands 3 penuh momen aneh kayak gitu.
Co-op, Endgame, dan Konten DLC yang Gila Banget
Borderlands 3 dirancang untuk dimainkan bersama. Co-op 4 pemain bisa dilakukan online atau split screen. Dan gak kayak banyak game lain, loot di Borderlands 3 bisa disesuaikan untuk masing-masing pemain. Jadi gak rebutan senjata.
Endgame & Mayhem Mode
Setelah tamat pun, game ini gak kehabisan napas. Fitur Mayhem Mode memperkenalkan tantangan tambahan dengan imbalan loot lebih keren. Mirip seperti Diablo-style loot grind, tapi dengan humor absurd khas Borderlands.
Pernah dalam satu run, musuh bisa meledak jadi 5 mini musuh yang masing-masing punya senjata api. Chaos? Banget.
DLC Terbaik? “Guns, Love, and Tentacles”
Salah satu DLC terbaik (menurut saya pribadi) adalah Guns, Love, and Tentacles—kisah cinta ala H.P. Lovecraft tapi dengan humor gelap Borderlands. Bayangkan pernikahan yang diserang cult mistis, sambil kamu mengenakan tuxedo dan shotgun.
DLC lain juga gak kalah seru, seperti “Psych* Krieg and the Fantastic Fustercluck” yang literally mengajakmu masuk ke otak orang gila. Tidak disarankan buat yang terlalu waras.
Kritik & Kontroversi: Tidak Semua Berjalan Mulus
Tentu saja, Borderlands 3 bukan game sempurna. Beberapa kritik yang pernah muncul antara lain:
-
Humor kadang terlalu maksa: Banyak yang bilang punchline-nya gak sekuat Borderlands 2.
-
Cerita agak lemah: Terutama jika dibandingkan dengan Handsome Jack di game sebelumnya.
-
Masalah teknis awal rilis: Banyak bug di awal-awal peluncuran, terutama di versi konsol.
Tapi sebagian besar dari isu itu sudah diperbaiki dengan patch dan update selama beberapa tahun terakhir. Gearbox cukup aktif merespons komunitas, dan itu patut diapresiasi.
Kenapa Borderlands 3 Masih Layak Dimainkan di 2025?
Pertanyaan penting: apakah Borderlands 3 masih worth it sekarang? Jawabannya: iya, banget.
Dengan harga diskon reguler, semua DLC, dan komunitas yang masih aktif (terutama di PC), Borderlands 3 tetap relevan.
Dan kalau kamu belum pernah coba, versi Ultimate Edition adalah pengalaman terbaik—dengan semua konten, patch, dan kualitas hidup yang sudah diperbarui.
Game ini seperti kombinasi sempurna antara loot shooter, RPG ringan, dan kartun dewasa penuh sindiran sosial. Gaya visualnya juga masih bertahan keren bahkan setelah 5 tahun.
Penutup: Bukan Sekadar Game, Tapi Sebuah Energi
Borderlands 3 bukan cuma soal tembak-tembakan atau farming legendary. Ini tentang gaya hidup: chaos yang terorganisir, kekonyolan yang direncanakan, dan tawa di tengah kegilaan.
Kalau kamu suka game dengan:
-
Action cepat dan brutal
-
Karakter yang nyeleneh
-
Loot yang bikin nagih
-
Ceritanya suka ngaco tapi ngena
…maka Borderlands 3 adalah game yang gak boleh kamu lewatkan.
Dan terakhir, kalau kamu merasa dunia nyata terlalu waras, masuklah ke dunia Borderlands. Karena di sana, gila adalah norma.
Baca Juga Artikel dari: Age of Apes: Serunya Dunia Kera, Curhat Pemain Setia
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Gaming