Yggdrasil 2: Awakening – Pohon Kehidupan yang Terbangun

Waktu pertama kali aku main Yggdrasil 2: Awakening, aku cuma mikir ini bakal jadi sekuel standar dari game pertamanya. Tapi ternyata, aku diseret masuk ke dunia yang jauh lebih gelap, lebih kompleks, dan lebih emosional dari ekspektasi. Ini bukan sekadar game RPG. Ini kayak perjalanan spiritual yang dibungkus dalam visual epik dan pertarungan yang intens. Di dunia tempat pohon kehidupan mulai terbangun, setiap keputusan punya konsekuensi, dan setiap pertarungan punya beban cerita.

Yggdrasil sendiri diambil dari mitologi Nordik, dikenal sebagai pohon raksasa yang menopang sembilan dunia. Dalam game ini, Yggdrasil bukan hanya latar, tapi entitas hidup yang sedang bertransisi. Kebangkitannya mengubah segalanya—alam, manusia, roh, bahkan memori dunia.

Aku main lebih dari 80 jam, dan masih nemu cabang cerita baru yang belum kusentuh. Jadi, biar artikel ini jadi panduan kamu menyelami dunia Yggdrasil 2: Awakening dari awal sampai akar terdalamnya.

Kembali ke Dunia Yggdrasil 2 yang Tidak Sama

Yggdrasil 2

Buat kamu yang main game pertama, kamu pasti tahu betapa damainya dunia Yggdrasil waktu itu. Tapi di Yggdrasil 2, semuanya runtuh. Dunia lama mulai retak. Karakter-karakter yang dulu lembut sekarang punya sisi kelam. Beberapa lokasi bahkan secara harfiah berubah bentuk karena resonansi kebangkitan pohon itu sendiri.

Kamu bakal kembali ke kota utama—Eirensdahl—tapi nuansanya nggak sama. Orang-orang waspada, para penjaga kuil kehilangan arah, dan langit malam mulai dipenuhi cahaya-cahaya yang aneh. Aku suka gimana game ini bikin kamu merasa ‘deja vu’ sekaligus ‘nggak kenal lagi’ dengan dunia yang sama.

Narasi dibangun perlahan, tapi atmosfernya terasa sejak menit pertama. Musik latar sunyi dengan suara akar yang bergetar, dialog karakter yang ambigu, dan NPC yang mulai membicarakan mimpi-mimpi aneh tentang suara dari akar dunia.

Karakter Lama, Luka Baru

Beberapa karakter favorit dari game pertama kembali. Tapi mereka bukan lagi tokoh pahlawan. Mereka berubah. Kadang menyakitkan lihat gimana dunia ini memengaruhi mereka.

Eira, misalnya, yang dulu bijak dan lembut, sekarang terobsesi memotong satu cabang Yggdrasil untuk menghentikan ‘penglihatan masa depan’ yang ia anggap sebagai kutukan. Kael, si ksatria cemerlang, jadi eksil yang diburu karena dianggap penyebab gempa spiritual.

Aku pribadi sempat gagal menyelamatkan Luthien di awal gaming karena aku pilih bantu warga desa dulu. Dan karena itu, aku kehilangan dia sepanjang cerita—baru bisa ketemu lagi dalam wujud roh di area rahasia Hollow Grove. Sakit, tapi itulah Yggdrasil 2. Kamu nggak bisa menyenangkan semua pihak.

Sistem Pertarungan yang Brutal Tapi Indah

Game ini pakai sistem semi-realtime battle, dengan elemen pause-tactical. Kamu bisa atur urutan skill, nyusun combo, dan pilih elemental alignments yang cocok dengan lingkungan tempat bertarung. Tapi kalau kamu aktifin mode Awakening (semacam mode rage campuran), kamu bisa masuk ke state cepat brutal.

Ada tiga cabang utama dalam skill tree:

  1. Spiritual (terhubung ke entitas pohon dan roh)

  2. Elemental (fokus pada kekuatan alam: es, api, tanah, angin)

  3. Tactical (perang jarak dekat, jebakan, poison)

Aku paling suka build hybrid antara Spiritual dan Elemental. Ada satu combo yang bikin musuh terperangkap kabut ilusi sambil diserang akar dari tanah. Satisfying banget!

Setiap musuh juga punya pola sendiri. Nggak bisa asal spam tombol. Bahkan mini-boss punya mekanik unik kayak pasif kebangkitan atau link darah dengan roh pohon.

Dunia Yggdrasil 2 yang Hidup dan Menyesuaikan

Map di Yggdrasil 2 luar biasa luas dan penuh rahasia. Tapi yang bikin mindblowing adalah dunia ini berubah tergantung pilihanmu. Kalau kamu tebang cabang tertentu dari Yggdrasil untuk menyelamatkan satu desa, desa lain bisa tertelan akar liar. Kalau kamu selamatkan satu karakter, karakter lain bisa musnah dari time flow.

Bahkan zona tertentu baru muncul setelah kamu duduk 5 menit di bawah ranting suci, tanpa bergerak, dan hanya jika inventory kamu kosong dari senjata. Aku tahu ini dari forum komunitas, dan beneran pas dicoba, area The Forgotten Vein muncul.

Buatku, game ini ngajarin bahwa keajaiban sering muncul kalau kamu sabar dan tidak terburu-buru mengejar objektif.

Tema-Tema Berat yang Dibungkus Lembut

Game ini sarat simbolisme. Banyak dialog dan side quest yang sebenarnya adalah refleksi dari:

  • Trauma keluarga

  • Reinkarnasi dan memori kolektif

  • Dosa yang diwariskan

  • Apakah kehancuran adalah bagian dari siklus penciptaan

Satu side quest paling menyentuh bagiku adalah tentang seorang anak roh yang terus menanam biji Yggdrasil di tempat yang salah. Setiap kali gagal tumbuh, dia disalahkan roh tua. Tapi kalau kamu bantu dia dan ikut menemani satu kali saja, kamu akan lihat biji itu tumbuh. Dan anak itu bilang, “Terima kasih sudah diam bersamaku.”

Game ini puitis, dan kadang menampar diam-diam lewat dialog yang terlihat simpel.

Musik dan Suara Yggdrasil 2 yang Bikin Merinding

Soundtrack game ini dikerjakan oleh komposer baru, tapi tetap mempertahankan nuansa dari game pertama. Ada paduan suara, instrumen akustik, dan banyak efek ambient yang bikin kamu merasa seperti berjalan di dunia lain.

Lagu favoritku adalah yang diputar di The Fractured Glade—padang akar bercahaya tempat kamu bisa mengulang memori. Lagu ini pakai vokal vokalis perempuan yang hanya bersenandung nada minor. Sekali denger, langsung merinding.

Sound design juga jadi kekuatan besar. Kamu bisa tahu musuh besar mendekat hanya dari getaran tanah dan dengung akar.

Ending Yggdrasil 2 dan Pilihan Moral

Yggdrasil 2 punya banyak ending. Dan yang paling keren, kamu nggak tahu kamu menuju ending mana sampai terlalu jauh. Game ini nggak ngasih pilihan “baik” atau “jahat” secara eksplisit. Tapi setiap keputusan membentuk cabang baru dari nasib dunia.

Ada ending di mana Yggdrasil benar-benar tumbuh ulang tapi manusia lenyap. Ada juga ending di mana kamu membakar inti pohon, tapi menghidupkan roh masa lalu yang melahirkan dunia tanpa ingatan.

Aku pribadi dapet ending di mana karakter utama melebur dengan akar dan jadi penyeimbang baru. Karakter lain lupa siapa kamu. Dunia damai, tapi kamu jadi legenda sunyi.

Sakit sih, tapi juga indah. Bittersweet banget.

Potensi Main Ulang dan Eksplorasi Baru

Setelah tamat, kamu bisa aktifkan mode New Game+. Fitur ini ngasih kamu akses ke:

  • Satu dunia baru bernama “Branch Beyond Light”

  • Skill eksklusif dari build musuh utama

  • Jalur cerita dari perspektif antagonis

Aku sempat main run kedua sebagai Arthenas, karakter yang awalnya aku kalahkan di run pertama. Dan itu ngubah cara pandangku total. Ternyata dia bukan jahat, dia hanya gagal menjaga ikatan dengan Yggdrasil karena kehilangan anaknya.

Game ini bener-bener ngajarin empati lewat gameplay dan pilihan naratif.

Komunitas dan Lore Lanjutan Yggdrasil 2

Yggdrasil 2 punya komunitas luar biasa aktif. Ada forum, server Discord, dan channel YouTube yang ngebahas tiap simbol di relief kuil, pola cabang dalam loading screen, dan kemungkinan DLC selanjutnya.

Beberapa bahkan nemuin bahwa dialog random dari NPC desa punya pola waktu tertentu. Jam 03.00 pagi, mereka akan bicara dalam bahasa kuno yang bisa di-decode jadi puisi.

Detailnya gila banget. Dan itu bikin replayability makin tinggi.

Penutup: Kebangkitan yang Mengubah

Yggdrasil 2: Awakening bukan game biasa. Ini adalah karya yang memadukan mitologi, spiritualitas, pertarungan, dan pilihan hidup dengan sangat elegan. Dari visual, suara, cerita, hingga gameplay, semua terasa dirancang buat ngajak kita bukan hanya main, tapi merenung.

Aku udah main banyak RPG sepanjang hidupku. Tapi jarang yang nempel sedalam ini. Kalau kamu cari game yang bukan cuma menantang tanganmu, tapi juga menyentuh hatimu, maka Yggdrasil 2: Awakening adalah pengalaman yang harus kamu rasakan sendiri.

Edit avatar 3D sambil cari teman baru di: VRChat: Dunia Game Virtual dengan Interaksi Sosial

Author