Pathfinder Kingmaker, RPG Taktis untuk Pecinta Cerita Mendalam

JAKARTA, teckknow.com – Pathfinder Kingmaker lahir dari dunia tabletop RPG Pathfinder, sebuah sistem permainan turunan dari Dungeons & Dragons edisi 3.5 yang sudah terkenal dengan kompleksitasnya. Owlcat Games, studio pengembang asal Rusia, menangkap esensi ini lalu menerjemahkannya ke format video game pada 2018. Hasilnya, sebuah RPG isometrik klasik yang membawa kembali nuansa era Baldur’s Gate dan Neverwinter Nights, tetapi dengan kedalaman baru yang dirancang untuk gamer modern.

Bayangkan sejenak ketika para pemain lama yang tumbuh besar dengan RPG lawas, menemukan Kingmaker pertama kali. Ada rasa nostalgia, tapi juga keterkejutan karena dunia yang ditawarkan tidak sekadar salinan. Owlcat Games berhasil menghadirkan kombinasi antara dunia penuh pilihan moral, sistem pertarungan turn-based dan real-time, serta elemen pembangunan kerajaan.

Anekdot kecil: Seorang pemain veteran pernah menulis di forum bahwa saat memulai Kingmaker, ia hanya ingin nostalgia. Namun, beberapa jam kemudian ia sadar telah membuat 15 catatan strategi berbeda hanya untuk mengatur ekonomi kerajaannya. Itulah bukti bagaimana game ini memikat dengan detail yang jarang diberikan RPG lain.

Sistem Gameplay yang Kompleks dan Menantang

Hal yang membuat Pathfinder Kingmaker berbeda adalah kedalaman gameplay. Pemain bukan hanya mengontrol karakter utama, tetapi juga harus mengatur partai berisi enam orang dengan berbagai kelas, keahlian, dan latar belakang. Ada lebih dari 16 kelas utama yang bisa dikembangkan, mulai dari fighter, rogue, cleric, hingga alchemist.

Sistem pertarungannya unik. Pemain bisa memilih antara real-time dengan pause (mirip Baldur’s Gate) atau turn-based mode yang ditambahkan melalui update. Kebebasan ini membuat Kingmaker ramah untuk dua tipe pemain: mereka yang suka strategi cepat dan mereka yang lebih nyaman menghitung setiap langkah dengan tenang.

Namun yang benar-benar memisahkan Kingmaker dari RPG lainnya adalah sistem kerajaan. Pemain tidak hanya menjadi petualang, tapi juga seorang penguasa. Wilayah yang berhasil dikuasai harus dikelola dengan serius. Keputusan tentang pembangunan, aliansi politik, hingga penanganan bencana alam akan menentukan apakah kerajaan makmur atau hancur.

Bayangkan ketika sebuah keputusan kecil, misalnya memilih untuk mendukung desa nelayan dibandingkan tambang emas, justru mengubah jalannya cerita dalam jangka panjang. Detail semacam ini yang membuat Kingmaker terasa hidup dan tidak pernah sama dalam tiap sesi permainan.

Dunia Cerita yang Mendalam dan Interaktif

Pathfinder Kingmaker mengajak pemain menjelajah Stolen Lands, sebuah wilayah liar penuh konflik, monster, dan misteri. Cerita dimulai dengan sederhana: pemain ditawari kesempatan untuk merebut kekuasaan dari seorang bandit raja yang brutal. Namun seiring waktu, narasi bercabang ke berbagai arah dengan karakter-karakter yang kuat dan penuh lapisan moral.

Setiap companion memiliki kisah hidupnya sendiri. Misalnya, Valerie sang paladin yang bergulat dengan keyakinannya terhadap dewa seni, atau Octavia si penyihir budak yang mencari kebebasan dan cinta. Dialog interaktif memungkinkan pemain membentuk hubungan, persahabatan, bahkan romansa.

Cerita tidak hanya datang dari dialog panjang, tapi juga dari peristiwa kecil yang terjadi saat menjelajah. Misalnya, bertemu sekelompok kobold yang ternyata bisa diajak bernegosiasi, atau menemukan makam kuno yang berisi artefak dengan kutukan tersembunyi. Detail-detail ini membentuk pengalaman personal yang berbeda bagi tiap pemain.

Tantangan, Kritik, dan Evolusi Pathfinder Kingmaker

Meski dipuji karena kedalaman, Kingmaker bukan tanpa masalah. Versi awal game dikenal penuh bug, terutama saat diluncurkan. Banyak pemain frustasi karena save corrupt atau quest yang tidak bisa diselesaikan. Namun, Owlcat Games merespons dengan serius. Serangkaian patch besar dikeluarkan, dan akhirnya lahirlah Definitive Edition yang jauh lebih stabil dan lengkap.

Ada juga kritik soal tingkat kesulitan. Pathfinder Kingmaker bisa terasa kejam bagi pendatang baru. Sistem d20, perhitungan armor class, hingga buff-debuff stack sering membuat orang bingung. Namun justru itu yang menjadi daya tarik: sebuah RPG yang tidak menyuapi, tetapi menantang pemain untuk belajar dan menguasai aturan dunia.

Evolusi Kingmaker berlanjut ke sekuelnya, Pathfinder: Wrath of the Righteous, yang memperluas formula dengan sistem mitik. Meski begitu, Kingmaker tetap dipandang sebagai batu loncatan penting yang membuka jalan bagi RPG berbasis Pathfinder di dunia digital.

Mengapa Pathfinder Kingmaker Tetap Relevan Hari Ini

Enam tahun setelah rilis, Pathfinder Kingmaker masih memiliki basis pemain aktif. Mod komunitas, panduan strategi, hingga forum diskusi terus hidup. Bahkan, banyak gamer baru yang tertarik mencoba Kingmaker setelah jatuh cinta pada Wrath of the Righteous.

Keunggulan Kingmaker ada pada kemampuannya menghadirkan pengalaman RPG yang sesungguhnya: pilihan berarti, konsekuensi nyata, dan cerita yang dirasakan personal. Di era game aksi cepat, Kingmaker justru menonjol karena memaksa pemain berhenti, berpikir, dan benar-benar menimbang setiap langkah.

Seorang pemain baru menulis di media sosial: “Saya pikir ini hanya RPG biasa. Ternyata, saya malah belajar bagaimana rasanya memimpin, bagaimana sebuah keputusan politik bisa mengubah banyak hidup fiksi. Dan entah bagaimana, itu membuat saya melihat dunia nyata dengan cara berbeda.”

Kesimpulan

Pathfinder Kingmaker adalah bukti bahwa RPG klasik tidak pernah mati. Dengan kedalaman sistem, cerita bercabang, dan kompleksitas yang memaksa pemain untuk berpikir, Kingmaker menghadirkan pengalaman berbeda dari mayoritas game modern.

Game ini bukan untuk semua orang. Namun bagi mereka yang mau meluangkan waktu, tenggelam dalam aturan, dan menghadapi tantangan, Kingmaker adalah permata yang layak dimainkan lebih dari sekali.

Baca juga konten dengan artikel terkait tentang: Gaming

Baca juga artikel lainnya: Watch Dogs Legion: Evolusi Gaming yang Menghidupkan London

Author