Ghost of Yōtei: Warisan Gejolak, Balas Dendam dan Keindahan

Jakarta, teckknow.com – Setelah sukses besar Ghost of Tsushima, dunia game kembali geger saat studio Sucker Punch mengumumkan proyek baru bertajuk Ghost of Yōtei. Banyak yang semula menduga ini adalah sekuel langsung dari Tsushima, tapi kenyataannya — Yōtei adalah kisah yang benar-benar baru.
Meski bukan kelanjutan langsung, game ini tetap memegang erat roh samurai dan tema utama yang menjadi ciri khas pendahulunya: kehormatan, pengkhianatan, dan pilihan moral di tengah kekacauan.

Kisah Ghost of Yōtei berlatar sekitar 300 tahun setelah peristiwa di Tsushima. Setting-nya berpindah ke wilayah Ezo (kini dikenal sebagai Hokkaido) — dataran luas di utara Jepang yang masih liar, keras, dan dikelilingi salju abadi. Gunung Yōtei, yang megah sekaligus misterius, menjadi pusat dari kisah besar ini.

Tokoh utama game ini adalah Atsu, seorang samurai perempuan muda yang hidup dalam bayang-bayang tragedi. Keluarganya dibantai oleh kelompok misterius bernama Yōtei Six, dipimpin oleh seorang penguasa brutal, Lord Saitō. Atsu, satu-satunya yang selamat, diselamatkan oleh seorang biksu tua dan tumbuh dalam keheningan serta latihan keras. Enam belas tahun kemudian, ia kembali ke tanah kelahirannya dengan satu tujuan: membalas dendam.

Namun, seperti yang akan kita lihat, kisahnya jauh lebih kompleks dari sekadar menebas musuh. Ghost of Yōtei tidak hanya tentang kematian, tapi juga tentang penemuan diri dan harga dari kehormatan.

Kisah dan Dunia yang Terluka

Ghost of Yōtei

Cerita Ghost of Yōtei dimulai dengan prolog yang menyayat hati — malam pembantaian keluarga Atsu. Dalam momen gelap itu, pemain melihat dunia dari perspektif anak kecil yang ketakutan, diselimuti salju dan api yang menyala di kejauhan. Inilah momen yang menandai awal dari perjalanannya sebagai “Onryō” — roh pembalasan dendam yang hidup di tubuh manusia.

Enam belas tahun kemudian, Atsu muncul di dunia yang sudah berubah. Ezo kini dikuasai oleh faksi-faksi perang yang saling bersaing. Yōtei Six telah menyebar ke berbagai penjuru: satu menjadi daimyo, satu menjadi bandit, satu menjadi pemuka agama palsu, dan satu lagi menjadi pemburu bayaran. Setiap orang yang dulu merusak hidupnya kini memiliki kerajaan kecilnya sendiri.

Pemain diberi kebebasan untuk menentukan siapa dari Yōtei Six yang ingin diburu terlebih dahulu. Setiap musuh punya wilayah, gaya bertarung, dan cerita latar unik. Semakin jauh pemain melangkah, semakin jelas bahwa balas dendam Atsu bukan sekadar urusan pribadi — tapi bagian dari konflik besar yang menentukan nasib seluruh wilayah Ezo.

Yang menarik, hubungan Atsu dengan dunia sekitarnya sangat manusiawi. Ia akan bertemu dengan orang-orang yang menantangnya secara moral: mantan samurai yang menyerah pada alkohol, biarawati yang ternyata pembunuh, hingga petani yang kehilangan segalanya akibat perang. Di sinilah game ini menonjol — setiap pertemuan, bahkan yang tampak sepele, membawa beban emosi dan refleksi sosial.

Kisahnya bergerak perlahan, tapi penuh makna. Dalam gaya khas Sucker Punch, pemain tidak hanya “menyaksikan” cerita — mereka mengalaminya. Setiap pilihan dialog, setiap langkah di salju, setiap pedang yang ditarik, terasa memiliki konsekuensi.

Dunia Ezo: Alam Liar dan Keindahan yang Menyakitkan

Jika Tsushima dikenal karena padang rumput dan bunga kuningnya, maka Yōtei adalah simfoni musim dingin.
Hokkaido versi game ini digambarkan sebagai daratan luas yang diselimuti kabut, hujan salju, dan cahaya utara yang menari di langit. Dari hutan pinus, ladang beku, hingga kuil tersembunyi di puncak gunung — setiap lokasi memiliki cerita dan atmosfernya sendiri.

Dunia Ghost of Yōtei bukan hanya latar belakang — ia adalah karakter itu sendiri.
Ada momen ketika Atsu berjalan di tengah badai salju, mendengar suara serigala di kejauhan, sementara musik biwa perlahan mengiringi langkahnya. Suasana sunyi itu membuat pemain merasa seperti benar-benar sendirian di dunia yang kejam, namun indah.

Pemain juga bisa berinteraksi dengan berbagai elemen dunia. Ada sistem berburu, memasak, serta membuat peralatan dari bahan alam. Aktivitas kecil seperti melukis pemandangan atau bermain shamisen bukan hanya tambahan estetis, tapi juga membantu meningkatkan kemampuan fokus dan moral karakter.

Salah satu fitur baru adalah “Path of Wind” — sistem penunjuk arah alami yang menggunakan arah tiupan angin, kawanan burung, dan cahaya matahari untuk menuntun pemain menuju lokasi tertentu. Tidak ada panah di layar, tidak ada kompas, hanya alam sebagai panduan. Pendekatan ini membuat eksplorasi terasa organik dan bebas.

Dan tentu saja, mode sinematik masih ada. Selain “Kurosawa Mode” yang sudah ikonik, kini ditambah dua opsi baru:

  • Watanabe Mode, dengan saturasi tinggi dan ritme seperti anime klasik Jepang.

  • Miike Mode, yang menghadirkan visual lebih gelap, darah lebih pekat, dan suasana film samurai modern.

Hasilnya? Setiap pemain bisa menyesuaikan pengalaman sesuai gaya sinematik yang mereka sukai.

Pertarungan: Ketika Tradisi Bertemu Brutalitas

Ghost of Yōtei memperkenalkan sistem pertarungan yang lebih realistis dan strategis dibanding pendahulunya.
Jika Ghost of Tsushima berfokus pada “stance” atau gaya bertarung berdasarkan tipe musuh, maka Yōtei menghadirkan sistem “Weapon Counter” — di mana setiap jenis senjata memiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri.

Atsu bisa menggunakan berbagai senjata seperti:

  • Katana klasik

  • Yari (tombak)

  • Kusarigama (rantai sabit)

  • Ōdachi (pedang dua tangan)

  • Busur panjang (Yumi)

  • Senapan Tanegashima

Musuh pun beragam — dari samurai elit hingga bandit bersenjata api. Pemain harus cepat membaca situasi: beberapa musuh hanya bisa dikalahkan dengan tombak, sementara lainnya butuh timing sempurna untuk melakukan parry.

Game ini juga memperkenalkan mekanik Disarming Attack, yang memungkinkan Atsu menjatuhkan senjata lawan dan menggunakannya kembali. Bahkan, pemain bisa melempar senjata musuh kembali untuk menciptakan momen pertarungan yang sinematik.

Selain itu, ada fitur serigala pendamping yang menemani Atsu dalam pertempuran dan stealth. Serigala ini dapat mengalihkan perhatian musuh atau menyerang dari belakang — sekaligus menambah kedalaman emosional dalam permainan. Hubungan antara Atsu dan serigalanya terasa seperti antara Jin Sakai dan kudanya di Tsushima, tapi dengan lebih banyak interaksi dan peran strategis.

Dan tentu saja, setiap duel besar tetap menjadi inti permainan. Pertarungan satu lawan satu di tepi tebing bersalju, atau duel di bawah hujan petir, dirancang dengan sinematografi yang membuat setiap pertempuran terasa epik dan bermakna.

Mode dan Fitur Tambahan

Selain mode cerita utama, Ghost of Yōtei menawarkan beberapa mode tambahan yang memperpanjang umur permainan:

  • Towers of Honor, tempat pemain bisa menantang versi bayangan dari Yōtei Six untuk mengasah kemampuan.

  • Legends Mode, mode multipemain kooperatif yang akan dirilis setelah peluncuran resmi. Di sini, pemain bisa berperan sebagai salah satu “roh penjaga” dengan kemampuan supernatural untuk melawan gelombang musuh.

  • Free Exploration Mode, di mana pemain bisa menjelajahi dunia tanpa batasan misi, sekadar menikmati lanskap, mengumpulkan artefak, atau memotret momen terbaik dengan fitur Photo Mode yang lebih mendalam.

Mode online juga menjanjikan kolaborasi antar pemain dalam misi rahasia, bahkan kemungkinan PvP duel antar samurai.

Kelebihan, Kekurangan, dan Kritik Awal

Sebagaimana game besar lainnya, Ghost of Yōtei menuai banyak pujian sekaligus kritik dari para pengulas dan komunitas gamer.

Kelebihan:

  1. Visual yang Menakjubkan – Dunia Hokkaido digambarkan dengan detail luar biasa. Efek salju, pantulan cahaya di permukaan air, dan tekstur pakaian terlihat realistis.

  2. Narasi Emosional – Ceritanya tidak hanya tentang balas dendam, tapi juga perjalanan batin seorang manusia yang kehilangan segalanya.

  3. Pertarungan Sinematik – Sistem weapon counter dan mekanik baru memberikan sensasi bertarung yang intens, realistis, dan menantang.

  4. Eksplorasi yang Hidup – Tidak ada area yang terasa kosong. Setiap sudut dunia memiliki rahasia, dari kuil tersembunyi hingga makam prajurit lama.

Kekurangan:

  1. Quest Sampingan Repetitif – Beberapa misi sampingan masih terasa terlalu mirip satu sama lain.

  2. Bug dan Isu Teknis di Awal Rilis – Sejumlah pemain melaporkan glitch kecil seperti animasi karakter yang tersangkut atau cuaca yang berubah tiba-tiba.

  3. Eksklusivitas Platform – Game ini untuk sementara hanya tersedia di PlayStation 5, sehingga pemain PC harus bersabar.

Meski begitu, secara umum Ghost of Yōtei mendapat sambutan positif. Banyak yang menyebutnya sebagai “penerus sejati semangat samurai”, bukan sekadar tiruan dari Tsushima.

Tips Bermain untuk Pemain Baru

Bagi kamu yang baru akan memulai perjalanan di dunia Yōtei, beberapa tips ini akan membantu:

  • Eksplorasi Sebelum Balas Dendam: Dunia ini penuh rahasia dan peningkatan kemampuan tersembunyi. Jelajahi dulu sebelum menantang Yōtei Six.

  • Gunakan Serigala dengan Cerdas: Ia bisa menjadi penyelamat di saat genting. Manfaatkan untuk stealth maupun serangan cepat.

  • Perhatikan Cuaca: Kondisi cuaca memengaruhi pertempuran. Dalam badai salju, musuh sulit mendengar langkahmu, tapi penglihatanmu juga terbatas.

  • Pelajari Counter Setiap Senjata: Musuh elit membutuhkan strategi, bukan kekuatan brute force.

  • Gunakan Mode Sinematik untuk Kenikmatan Maksimal: Mode Kurosawa dan Watanabe memberikan nuansa yang berbeda pada setiap permainan.

Filosofi di Balik Ghost of Yōtei

Lebih dari sekadar permainan aksi, Ghost of Yōtei mengajak pemain merenungkan tentang kehormatan, dendam, dan makna kebebasan.
Di tengah salju dan darah, terselip pertanyaan eksistensial: apakah balas dendam benar-benar bisa menyembuhkan luka lama, atau justru memperdalamnya?

Melalui karakter Atsu, kita belajar bahwa menjadi “ghost” tidak selalu berarti kehilangan kemanusiaan. Kadang, menjadi hantu adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup di dunia yang sudah mati rasa.

Dari sisi budaya, game ini juga memberikan penghormatan kepada tradisi dan keindahan alam Hokkaido. Studio pengembang bekerja sama dengan konsultan budaya dan komunitas Ainu agar setiap detail — dari simbol di kuil hingga dialog antar karakter — terasa autentik.

Penutup: Hantu Baru dari Utara

Ghost of Yōtei adalah lebih dari sekadar penerus spiritual Ghost of Tsushima. Ia adalah evolusi.
Dengan karakter baru yang kuat, dunia yang lebih luas, serta sistem pertarungan yang mendalam, game ini berhasil menggabungkan emosi manusia dan brutalitas perang menjadi pengalaman yang menawan.

Mungkin tak semua sempurna. Tapi seperti samurai yang terus mengasah pedangnya di tengah badai, Ghost of Yōtei membuktikan bahwa keindahan sejati sering lahir dari penderitaan.

Dan di bawah cahaya Aurora yang memantul di puncak Gunung Yōtei, Atsu berdiri sendiri — bukan lagi sebagai korban, tapi sebagai legenda baru dalam dunia samurai modern.

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Gaming

Baca Juga Artikel Dari: Online Expansion: Evolusi Dunia Game Menuju Era Tanpa Batas

Author