Jakarta, teckknow.com – Di tahun 90-an dan awal 2000-an, layar kaca Indonesia dipenuhi dengan tayangan kartun dari Jepang. Tapi dari sekian banyaknya, hanya beberapa yang mampu membekas dalam ingatan kolektif anak-anak hingga dewasa. Salah satunya: Captain Tsubasa.
Serial anime ini menceritakan kisah seorang bocah bernama Tsubasa Ozora yang bermimpi menjadi pemain sepak bola profesional. Dengan teknik yang ikonik seperti “Drive Shoot”, “Twin Shot”, hingga duel udara melawan penjaga gawang legendaris Wakabayashi, Captain Tsubasa tak hanya menyuguhkan aksi penuh semangat, tapi juga membakar mimpi banyak anak untuk turun ke lapangan hijau.
Di sinilah letak keunikan dan kekuatan Captain Tsubasa—ia bukan hanya produk hiburan. Serial ini, secara tidak langsung, membentuk gaya hidup. Menanamkan cita-cita. Bahkan, membentuk kebiasaan fisik yang sangat relevan dari sudut pandang kesehatan masyarakat.
Salah satu contohnya datang dari kisah seorang guru olahraga di Yogyakarta, Pak Arif, yang mengaku bahwa hampir separuh murid laki-lakinya dulu datang ke sekolah dengan bola plastik dan bersorak “Drive Shoot!” setiap kali menendang. “Awalnya saya kira ini cuma euforia, tapi mereka jadi aktif terus selama istirahat, bahkan saya buat ekstra kurikuler khusus karena antusiasme itu,” ujarnya sambil tertawa kecil.
Aktivasi Fisik Melalui Inspirasi Karakter
Jika ditelaah dari sisi kesehatan, aktivitas fisik sejak usia dini adalah fondasi penting bagi tumbuh kembang anak. Dunia medis mencatat bahwa anak yang aktif secara fisik cenderung memiliki berat badan yang sehat, tulang dan otot yang kuat, serta tingkat stres yang lebih rendah.
Nah, Captain Tsubasa ternyata menjadi pemicu tidak langsung dari pola hidup aktif ini. Ketika anak-anak menonton Tsubasa, Misaki, atau Hyuga Kojiro bertanding, mereka secara tidak sadar menginternalisasi semangat berolahraga. Mereka ingin meniru. Mereka ingin bisa seperti idolanya.
Di Jepang sendiri, menurut beberapa laporan media, anime ini memicu peningkatan partisipasi dalam klub sepak bola remaja setelah penayangannya. Bahkan beberapa pemain dunia seperti Andres Iniesta, Fernando Torres, hingga Hidetoshi Nakata terang-terangan menyebut Captain Tsubasa sebagai alasan awal mereka jatuh cinta pada bola.
Dari sudut pandang edukasi kesehatan, ini adalah bentuk edutainment yang tidak disengaja tapi sangat efektif. Anak-anak yang sebelumnya lebih suka duduk dan bermain game mulai keluar rumah, berkeringat, mengejar bola. Mereka mungkin tidak sadar sedang meningkatkan kebugaran kardiovaskular mereka, tapi tubuh mereka merasakannya.
Seorang psikolog anak di Bandung, Ibu Rahmi Yustika, mengungkap bahwa pengaruh media seperti Captain Tsubasa bisa membantu menurunkan risiko obesitas anak, asal diimbangi dengan pengawasan orang tua. “Kalau anaknya aktif di luar karena terinspirasi karakter kartun, itu bagus. Asalkan tidak dilupakan pentingnya hidrasi, pemanasan, dan makan sehat,” ujarnya.
Captain Tsubasa dan Kesehatan Mental—Semangat Pantang Menyerah
Kesehatan bukan hanya soal fisik. Mentalitas anak muda juga sangat dipengaruhi oleh konten yang mereka konsumsi. Dalam hal ini, Captain Tsubasa membawa nilai-nilai yang sangat kuat: pantang menyerah, kerja tim, dan semangat juang.
Setiap episode hampir selalu menyajikan konflik yang membuat penonton penasaran. Apakah Tsubasa berhasil mencetak gol penentu? Bisakah dia bangkit dari cedera? Momen-momen ini, walau fiktif, mencerminkan bagaimana menghadapi kegagalan dan ketekunan dalam berproses.
Dalam praktiknya, banyak anak yang belajar menerima kekalahan melalui permainan bola bersama teman. Mereka belajar bahwa tidak semua usaha langsung membuahkan hasil. Bahwa tubuh kadang lelah, kalah, tapi bisa bangkit kembali.
Salah satu pelatih sekolah sepak bola di Tangerang, Coach Raka, mengaku selalu menggunakan analogi Captain Tsubasa saat memberi motivasi ke anak-anak. “Kadang anak kalah satu pertandingan langsung murung. Saya cuma bilang, ingat pas Tsubasa kalah sama Hyuga? Dia balik latihan lebih keras, akhirnya menang. Anak-anak langsung paham,” ucapnya dengan senyum bangga.
Menurut psikolog olahraga, membentuk mentalitas resilien sejak kecil sangat penting untuk mengurangi risiko gangguan kecemasan saat dewasa. Dan Captain Tsubasa, meskipun hanya animasi, memberi narasi kuat akan pentingnya daya juang. Itulah mengapa banyak yang bilang bahwa Captain Tsubasa lebih dari sekadar cerita—ia adalah pelajaran hidup.
Peran Media dalam Kesehatan Generasi Muda
Jika bicara soal kesehatan publik, media massa punya kekuatan besar dalam membentuk kebiasaan dan budaya. Sayangnya, tidak semua media berkontribusi positif. Beberapa justru menyuguhkan kekerasan, hedonisme, atau gaya hidup pasif. Namun Captain Tsubasa berbeda.
Serial ini menyuguhkan aksi, tapi bukan sembarang aksi. Ia menyuguhkan olahraga yang mendidik. Menanamkan pola pikir sehat, secara tak langsung. Bahkan, hingga kini masih banyak platform streaming yang menayangkan ulang Captain Tsubasa karena permintaan tinggi dari para orang tua yang ingin memperkenalkannya pada anak-anak mereka.
Dalam konteks Indonesia, pemerintah dan institusi pendidikan bisa sebenarnya meniru pendekatan ini. Bayangkan jika sekolah-sekolah menyisipkan sesi nonton bareng Captain Tsubasa lalu dilanjutkan dengan sesi permainan di lapangan. Anak-anak belajar nilai sportivitas, lalu langsung mempraktikkannya. Interaktif, dan pastinya jauh lebih mengena dibanding hanya mendengarkan teori.
Contoh kecil datang dari SDN di Semarang yang mengadakan lomba sepak bola bertema Captain Tsubasa saat Hari Anak Nasional. Semua peserta diwajibkan memakai nama karakter dari serial tersebut dan meniru gaya mainnya. Kegiatan ini berhasil membuat seluruh siswa aktif bergerak, saling menyemangati, dan antusias belajar olahraga.
Dari kacamata kesehatan masyarakat, upaya semacam ini bisa menjadi langkah awal yang sangat signifikan. Tidak perlu mahal. Cukup menggabungkan hiburan, edukasi, dan olahraga. Dan Captain Tsubasa—entah disadari atau tidak—sudah membuka jalannya lebih dulu.
Dari Inspirasi ke Realisasi – Bagaimana Kita Bisa Meniru Semangat Tsubasa?
Kini pertanyaannya: setelah menyadari dampak positif Captain Tsubasa, apa yang bisa kita lakukan selanjutnya?
Pertama, kita perlu menghidupkan kembali semangat olahraga sebagai bagian dari gaya hidup, bukan sekadar ekstrakurikuler. Orang tua, guru, komunitas RT, bahkan pemuda karang taruna bisa mengadakan aktivitas sepak bola ringan tiap akhir pekan. Tak perlu lapangan besar—asal ada ruang untuk lari, tendang, dan tertawa bersama.
Kedua, media nasional bisa ikut terlibat. Tayangan inspiratif seperti Captain Tsubasa perlu diperbanyak. Tak harus dalam bentuk anime Jepang. Konten lokal dengan semangat serupa bisa dikembangkan: cerita tentang anak Indonesia yang berjuang menjadi atlet, misalnya.
Ketiga, budaya sehat harus ditanamkan sejak dini. Tsubasa kecil tidak pernah menyerah, selalu melatih dirinya meskipun harus bangun subuh untuk latihan tendangan. Jika anak-anak kita meniru semangat itu—dalam bentuk apa pun: bola, renang, basket, atau bela diri—maka kita sedang membangun generasi dengan tubuh dan mental yang kuat.
Kita juga bisa memulainya dari rumah. Matikan gadget satu jam, ajak anak ke luar rumah, main bola kecil di gang, atau bahkan sekadar lari-larian. Jadikan olahraga bukan sebagai beban, tapi sebagai keseruan—seperti yang ditunjukkan Tsubasa pada jutaan anak di seluruh dunia.
Penutup: Warisan Captain Tsubasa untuk Kesehatan Generasi
Captain Tsubasa mungkin hanya tokoh fiktif. Tapi dampaknya sangat nyata. Ia telah menggerakkan kaki anak-anak untuk berlari, menumbuhkan semangat pantang menyerah, dan menjadi inspirasi untuk hidup lebih aktif.
Di tengah zaman digital saat ini, ketika anak-anak lebih akrab dengan layar daripada lapangan, warisan semangat Tsubasa terasa makin penting. Ia bukan sekadar ikon olahraga, tapi simbol harapan: bahwa dari layar kaca, kita bisa menggerakkan dunia nyata—dan menjadikannya lebih sehat.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Gaming
Baca Juga Artikel Dari: Rumble Arena – Game Pertarungan Seru dan Penuh Aksi!