This War of Mine: Potret Realitas Perang dalam Dunia Game

Jakarta, teckknow.com – Biasanya, ketika mendengar kata game perang, bayangan yang muncul adalah ledakan, strategi militer, atau misi tembak-menembak penuh adrenalin. Tetapi This War of Mine menghadirkan sesuatu yang berbeda. Game yang lahir dari studio kecil asal Polandia, 11 bit studios, ini berhasil membalikkan paradigma. Alih-alih mengajak pemain menjadi tentara dengan senjata canggih, game ini justru menempatkan kita sebagai orang sipil yang berusaha bertahan hidup di tengah kepungan perang.

Bayangkan sebuah kota yang porak-poranda. Listrik mati, air bersih sulit didapat, dan makanan menjadi barang mewah. Alih-alih melawan musuh dengan senapan, pemain dipaksa menghadapi realita: bagaimana bertahan hidup ketika dunia di sekitarmu runtuh?

Seorang gamer Indonesia pernah bercerita, ia awalnya mengira This War of Mine adalah game strategi biasa. Tapi malam pertama, ketika karakternya harus memutuskan apakah akan mencuri makanan dari rumah tetangga lansia atau membiarkan kelompoknya kelaparan, ia menutup layar sejenak. “Saya merasa bersalah, padahal ini hanya game,” katanya. Inilah bukti bahwa This War of Mine bukan sekadar hiburan, tapi sebuah pengalaman emosional.

Latar Belakang dan Inspirasi This War of Mine

This War of Mine

Game ini pertama kali dirilis pada tahun 2014, dengan inspirasi nyata dari Pengepungan Sarajevo yang berlangsung pada awal 1990-an. Peristiwa itu adalah pengepungan terpanjang dalam sejarah modern Eropa, di mana warga sipil hidup dalam kondisi yang amat tragis.

11 bit studios kemudian meramu pengalaman itu ke dalam bentuk interaktif. Mereka tidak ingin pemain merasa seperti pahlawan perang, melainkan orang biasa—guru, tukang kayu, jurnalis—yang tiba-tiba harus beradaptasi dengan situasi mengerikan.

Dalam wawancara dengan media internasional, para pengembang menekankan bahwa tujuan mereka bukan sekadar membuat game, tapi menyampaikan pesan kemanusiaan. Mereka percaya, medium video game bisa lebih efektif daripada buku atau film dalam membuat orang benar-benar “merasakan” penderitaan orang lain.

Di Indonesia sendiri, game ini mendapat sorotan dari komunitas gaming yang biasanya terbiasa dengan judul-judul penuh aksi. Media lokal menulis bahwa This War of Mine adalah salah satu game langka yang bisa membuat pemain merenung, bahkan setelah layar dimatikan.

Gameplay yang Menguji Nurani

This War of Mine menggunakan mekanisme survival simulation dengan sudut pandang 2,5D. Pemain mengontrol sekelompok orang yang tinggal di sebuah bangunan rusak. Tugasnya sederhana di atas kertas: bertahan hidup. Tetapi realitasnya, setiap keputusan punya konsekuensi moral yang berat.

Beberapa elemen gameplay utama:

  1. Mengatur Sumber Daya
    Pemain harus mengumpulkan makanan, obat, dan material bangunan. Namun jumlahnya terbatas. Kadang, stok makanan hanya cukup untuk satu orang, padahal kelompok terdiri dari empat.

  2. Ekspedisi Malam Hari
    Malam adalah waktu untuk keluar mencari persediaan. Tapi bahaya selalu mengintai—mulai dari tentara, bandit, hingga sipil lain yang sama-sama putus asa.

  3. Pilihan Moral
    Inilah inti emosional game. Apakah kita akan menolong orang asing yang meminta obat, padahal stok untuk kelompok sendiri sudah menipis? Atau mencuri dari keluarga lain agar kelompok kita bisa bertahan?

  4. Kesehatan Mental
    Karakter dalam game bukan robot. Jika mereka dipaksa melakukan hal yang bertentangan dengan nurani, seperti membunuh atau mencuri, mereka bisa depresi bahkan bunuh diri.

Salah satu contoh nyata: seorang pemain harus memilih antara membiarkan seorang anak kecil mati kelaparan atau mengorbankan persediaan makanan terakhir kelompoknya. Pilihan itu bukan sekadar pixel di layar, tapi benar-benar menusuk perasaan.

Dampak Emosional yang Membekas

Tidak banyak game yang bisa membuat pemainnya merasa bersalah, marah, atau bahkan menangis. This War of Mine berhasil melakukannya.

Banyak review dari gamer di forum Indonesia menyoroti hal ini. Salah satunya menulis, “Saya lebih takut membuka pintu rumah di This War of Mine daripada menghadapi bos di Dark Souls.” Kalimat itu terdengar berlebihan, tapi sebenarnya menggambarkan ketegangan psikologis yang dihadirkan game ini.

Yang lebih menarik, game ini sering digunakan sebagai alat pembelajaran. Beberapa sekolah di Eropa memasukkannya ke dalam kurikulum, untuk mengajarkan empati dan dampak perang kepada generasi muda. Bahkan UNESCO sempat merekomendasikan game ini sebagai media edukasi alternatif.

Di Indonesia, sejumlah content creator di YouTube menjadikan This War of Mine sebagai bahan diskusi. Mereka menyoroti bagaimana game ini bisa mengajarkan arti berbagi, mengendalikan ego, dan memahami penderitaan orang lain.

This War of Mine di Mata Industri Game

Secara komersial, This War of Mine bukanlah blockbuster. Ia tidak punya grafik spektakuler atau promosi besar-besaran seperti game AAA. Namun dampaknya di industri sangat signifikan.

Game ini menunjukkan bahwa industri game bisa lebih dari sekadar hiburan. Ia bisa menjadi medium seni, literasi sosial, bahkan alat kritik politik. Sejak dirilis, This War of Mine sudah terjual jutaan kopi di seluruh dunia, dan masuk berbagai platform: PC, konsol, hingga mobile.

Yang menarik, pada tahun 2020, 11 bit studios memberikan lisensi game ini secara gratis kepada sekolah dan lembaga pendidikan di seluruh dunia. Langkah ini dianggap revolusioner karena menunjukkan bahwa tujuan mereka bukan hanya keuntungan finansial, tetapi juga penyebaran pesan kemanusiaan.

Dalam konteks Indonesia, banyak jurnalis game menilai bahwa This War of Mine membuka jalan bagi pengembang lokal untuk berani menghadirkan tema-tema serius. Jika studio kecil Polandia bisa sukses dengan tema perang sipil, mengapa pengembang Indonesia tidak mencoba mengangkat isu lokal, seperti bencana alam atau konflik sosial?

Relevansi dengan Kehidupan Nyata

Mengapa This War of Mine terasa begitu kuat? Karena meskipun ia berbentuk game, isinya mencerminkan kenyataan yang masih terjadi di dunia.

Konflik di berbagai negara, pengungsian, hingga krisis pangan bukanlah fiksi. Setiap hari, ada jutaan orang sipil yang hidup dalam kondisi mirip dengan apa yang disimulasikan di game ini.

Game ini menjadi semacam jendela kecil. Pemain yang awalnya hanya ingin mencoba “game survival” akhirnya merenungkan pertanyaan lebih besar: bagaimana jika saya benar-benar ada di posisi itu?

Di Indonesia sendiri, meski bukan negara konflik bersenjata, kita sering menghadapi bencana alam. Dari situ, kita bisa membayangkan bagaimana rasanya kehilangan rumah, akses makanan, dan rasa aman. This War of Mine membuat kita sedikit lebih peka terhadap penderitaan semacam itu.

Kesimpulan: Lebih dari Sekadar Game

This War of Mine adalah bukti nyata bahwa video game bisa menjadi karya seni yang menggugah, bukan hanya media hiburan. Dengan mengangkat perspektif sipil di tengah perang, game ini memaksa kita untuk merasakan ketakutan, dilema, dan harapan yang sering terabaikan dalam narasi besar konflik bersenjata.

Bagi gamer Indonesia, memainkan This War of Mine bisa jadi pengalaman berbeda dari biasanya. Ia bukan soal kemenangan, tapi soal bertahan hidup. Bukan soal heroik, tapi soal kemanusiaan.

Mungkin itu sebabnya, setelah layar dimatikan, kita masih merenung: bagaimana jika perang benar-benar mengetuk pintu rumah kita?

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Gaming

Baca Juga Artikel Dari: Bullet Force: Game FPS Seru yang Wajib Dicoba

Author