Jakarta, teckknow.com – Tahun 2007, saya pertama kali mengenal dua bocah kembar berkepala plontos dan bersuara khas itu dari televisi. Upin & Ipin bukan cuma tontonan sore hari, tapi semacam teman virtual yang mengajarkan nilai, budaya, dan kadang bikin ngakak. Tapi waktu itu, satu hal yang belum terbayang: bagaimana kalau mereka masuk ke dunia game?
Fast forward ke 2020-an, Les’ Copaque akhirnya meluncurkan proyek ambisius bernama Upin & Ipin Universe—sebuah game yang tidak lagi hanya menyasar anak-anak, tapi mulai menargetkan pasar lebih luas, termasuk remaja dan dewasa muda yang tumbuh besar bersama duo kembar ini.
Game ini hadir sebagai bentuk “evolusi pop culture lokal”, seperti kata seorang kreator game indie asal Bandung yang saya temui saat pameran Popcon Asia. “Ini bukan cuma karakter lucu yang dilempar ke dalam gameplay. Tapi ekosistem naratif. Kaya budaya dan familiar,” ujarnya.
Dan saya setuju. Karena ketika pertama kali mencobanya, saya langsung sadar—Upin & Ipin Universe bukan cuma sekadar adaptasi. Ini adalah petualangan interaktif dengan visi besar: membawa nilai-nilai lokal ke dalam format global.
Mengenal Dunia Upin & Ipin Universe—Lebih dari Sekadar Kampung Durian Runtuh
Bagi yang penasaran, Upin & Ipin Universe adalah game open-world (semi sandbox) dengan elemen petualangan, misi edukatif, dan interaksi karakter yang bisa dikembangkan. Dirilis dalam berbagai platform mulai dari mobile hingga PC, game ini dirancang agar fleksibel—bisa dimainkan secara santai oleh anak-anak, tapi cukup kompleks jika dimainkan lebih serius.
Hal pertama yang langsung terasa adalah desain dunianya. Kampung Durian Runtuh, yang sebelumnya hanya bisa kita lihat dari satu sudut kamera animasi, kini bisa dijelajahi bebas. Kamu bisa berjalan dari rumah Opah ke sekolah, masuk ke warung Tok Dalang, bahkan ikut lomba layangan di lapangan.
Tapi tak berhenti di sana. Dunia game ini berkembang jadi semacam multiverse versi lokal, dengan elemen fiksi ilmiah, budaya magis Melayu, dan mitos yang dikemas modern. Dalam mode cerita misalnya, kamu bisa ikut Upin, Ipin, dan teman-temannya masuk ke hutan misterius, menghadapi makhluk gaib seperti Hantu Penanggal atau Bapak Hutan dari cerita rakyat.
Ada misi edukasi juga, seperti menanam padi, belajar gamelan, atau ikut memasak rendang bareng Kak Ros—yang surprisingly jadi mini game paling susah karena… ya, Kak Ros.
Secara teknis, game ini juga rapi. Tampilan UI ramah pengguna, grafisnya lucu tapi niat, dan voice acting-nya bikin nostalgia langsung nyala. Terutama saat Fizi buka mulut, auto senyum.
Gameplay dan Fitur Unik—Perpaduan Tradisi, Edukasi, dan Fun yang Tidak Maksa
Nah, mari masuk ke dapur utama: gameplay.
Upin & Ipin Universe memadukan berbagai genre. Ada elemen eksplorasi open world, mini-games kompetitif, misi puzzle, hingga crafting sederhana ala farming sim. Tapi yang paling menarik adalah bagaimana gameplay-nya dibungkus dengan budaya lokal tanpa terasa seperti “pelajaran sekolah”.
Beberapa fitur yang standout:
-
Misi Budaya
Contoh: mengumpulkan bahan untuk memasak ketupat saat Ramadan, atau membantu Tok Dalang merangkai wayang kulit sebelum pertunjukan. -
Crafting & Farming
Kamu bisa menanam sayuran, beternak ayam, bahkan membuat kerajinan tangan yang nantinya dijual di pasar malam kampung. Hasilnya bisa ditukar dengan item unik atau digunakan untuk quest tertentu. -
Mode Kompetisi Lokal
Lomba tarik tambang, balap karung, dan panjat pinang jadi tantangan seru saat acara “Festival Kampung”. Lucunya, kamu bisa pakai karakter Fizi dan bikin dia jatuh di babak awal. Karma game ini emang realistis. -
Interaksi Karakter
Tiap NPC punya kepribadian dan dialog dinamis. Ada sistem “friendship level”, jadi semakin sering kamu bantu tokoh tertentu, mereka bisa kasih item spesial atau membuka misi rahasia. -
Ko-op & Multiplayer Mode
Ini bagian paling digandrungi generasi online. Kamu bisa main bareng teman, bangun kampung sendiri, adu masak bareng Kak Ros atau duel layangan virtual. Mode ini beneran bikin saya betah main sampai tengah malam.
Intinya, gameplay-nya terasa fresh karena menggabungkan unsur lokal yang jarang muncul di game arus utama. Tidak preachy, tidak maksa, tapi tetap meaningful.
Dampak Budaya dan Sosial—Game Lokal yang Bicara Global
Salah satu kekuatan utama Upin & Ipin Universe bukan pada engine atau grafis. Tapi pada pesan budayanya yang konsisten dan relevan.
Di saat banyak game anak-anak mengadaptasi budaya luar, Upin & Ipin justru memperkuat akar lokal: baju melayu, bahasa gaul Melayu, tarian tradisional, makanan khas, sampai nilai-nilai sopan santun dan gotong royong.
Dan ini penting. Karena banyak anak muda sekarang lebih akrab dengan “sushi dan ramen” ketimbang “rendang dan ulen”. Game ini memberi alternatif keren untuk mengenalkan budaya sendiri dengan cara yang menyenangkan.
Saya pernah ngobrol dengan salah satu guru TK yang pakai game ini sebagai media belajar. “Anak-anak belajar kerja sama, kenal budaya, dan mereka nggak sadar kalau itu bagian dari pelajaran,” katanya. Itu valid banget.
Di sisi lain, banyak diaspora Asia Tenggara di luar negeri yang juga memainkan game ini sebagai pengobat rindu kampung halaman. Bahkan ada satu YouTuber asal Johor yang menyebut Upin & Ipin Universe sebagai “game healing terbaik buat anak rantau”.
Secara sosial, game ini juga menyentuh lintas generasi. Anak-anak suka karena dunianya playful. Orang dewasa suka karena nostalgia. Dan itu langka. Jarang ada game lokal yang bisa menghubungkan dua generasi lewat satu media.
Masa Depan Upin & Ipin Universe—Dari Game Anak ke Ekosistem Digital Nusantara
Pertanyaan penting: ke mana arah game ini selanjutnya?
Berdasarkan roadmap yang sempat diumumkan Les’ Copaque dan pengembangnya, Upin & Ipin Universe bukan sekadar game satu musim. Mereka punya rencana jangka panjang: ekspansi dunia, mode edukasi sekolah, kolaborasi IP lain, hingga kemungkinan adaptasi ke VR/AR.
Beberapa bocoran fitur ke depan (walau belum 100% resmi):
-
Mode Sekolah Interaktif: Anak-anak bisa belajar matematika, sains, dan bahasa melalui dunia Upin & Ipin dengan sistem reward dan gamifikasi.
-
Cross-Platform Play: Integrasi antar platform lebih dalam, termasuk mode online bareng teman beda device.
-
Cerita Episodik: Seperti serial animasi, akan ada chapter baru yang dibuka berkala, membawa pemain menjelajahi tempat baru seperti Kota Metropolitan, Dunia Gaib Melayu, atau Petualangan Waktu ke masa kecil Opah.
-
Integrasi Merchandise: Item in-game bisa dihubungkan dengan mainan fisik (mirip Amiibo-nya Nintendo), memberikan pengalaman lintas media.
Jika ini terwujud, Upin & Ipin Universe bisa menjadi blueprint untuk IP lokal lain yang ingin masuk ke dunia game—dengan pendekatan penuh nilai, budaya, dan fun.
Penutup: Upin & Ipin Universe, Ketika Game Menjadi Cermin Budaya dan Arena Kebahagiaan Bersama
Super Mario punya dunia sendiri. Sonic punya kecepatannya. Tapi Upin & Ipin? Mereka punya semesta kecil yang hangat, penuh makna, dan… dekat di hati.
Upin & Ipin Universe adalah bukti bahwa karakter lokal bisa berkembang, bukan hanya sebagai tontonan anak-anak, tapi sebagai brand lintas media yang matang dan membumi. Game ini adalah pelipur lara, pembuka nostalgia, sekaligus jembatan antara teknologi dan tradisi.
Dan yang paling menyenangkan? Kamu bisa menikmatinya sambil tertawa. Sambil denger Fizi nyeletuk, “Betul, betul, betul,” lalu jatuh ke kali karena gagal lompat.
Karena, pada akhirnya, game terbaik bukan soal grafis atau battle system. Tapi soal perasaan yang ditinggalkan setelah kamu menutup layar. Dan Upin & Ipin Universe berhasil menghadirkan itu.
Baca Juga Artikel dari: Shadow Labyrinth: Petualangan Gelap yang Membawa Kita Pulang
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Gaming