Jakarta, teckknow.com – Waktu saya main Back 4 Blood untuk pertama kali, perasaan yang muncul nggak jauh beda sama pas masih bocah rental warnet main Left 4 Dead. Bedanya, sekarang saya mainnya sambil voice chat bareng tiga teman kuliah yang udah kerja dan jarang ketemu. “Gas! Cover kanan! Reload bentar!”—suara teriak-teriakan itu jadi rutinitas baru yang anehnya menyenangkan.
Bagi banyak gamer, terutama yang tumbuh di era 2000-an, nama Left 4 Dead itu legendaris. Maka ketika Turtle Rock Studios—developer orisinal dari L4D—mengumumkan akan membuat spiritual successor-nya, antusiasme pecah.
Dan lahirlah Back 4 Blood, sebuah game FPS co-op zombie yang dirilis tahun 2021, hadir sebagai penerus spiritual dari warisan L4D tapi dengan sentuhan modern: grafik ciamik, sistem kartu unik, dan tantangan yang jauh lebih brutal.
Kalau kamu ketinggalan hype-nya, jangan khawatir. Artikel ini akan mengajakmu menyelam lebih dalam. Kita bakal bahas kenapa game ini bisa bikin kamu geregetan tapi ketagihan, dan kenapa kerja sama tim jadi kunci, bukan sekadar gaya.
Mengenal Dunia Back 4 Blood: Saat Dunia Diserang Ridden, Bukan Zombie Biasa
Satu hal yang menarik dari Back 4 Blood: ini bukan zombie yang “standar” kayak di film Zombieland. Musuh di game ini disebut Ridden, hasil mutasi cacing parasit yang membuat manusia jadi makhluk haus darah. Serem? Banget.
Tapi bukan cuma serem, Ridden juga variatif. Ada yang cepat, ada yang meledak saat mati, ada juga yang badannya segede Hulk dan bisa banting kamu ke tembok. Contoh:
-
Tallboy – tangannya raksasa, bisa nge-smash tim.
-
Reeker – gede, lambat, tapi meledak pas mati, nyebar racun.
-
Stinger – lincah, nempel di dinding dan nyerang dari jauh.
Bayangin lagi nyantai loot senjata, tiba-tiba satu Tallboy lompat dari pojok, dan kamu langsung panik. Percayalah, semua itu jauh lebih kacau kalau kamu main bareng teman yang hobi bercanda di tengah kekacauan. “Eh, bro, ini zombie-nya pakai cheat ya?”
Worldbuilding yang Nggak Sekadar Background
Latar dunia dalam Back 4 Blood cukup solid. Kamu berperan sebagai salah satu dari delapan Cleaner, sekelompok manusia yang kebal terhadap infeksi dan bersumpah melawan Ridden.
Masing-masing karakter punya background dan kepribadian unik. Misalnya:
-
Walker – mantan tentara, karismatik dan taktis.
-
Hoffman – survivalist paranoid tapi penuh semangat.
-
Doc – karakter support tapi sinis, khas dokter lapangan.
Kombinasi karakter ini membuat interaksi tim terasa lebih hidup. Bahkan saat idle pun, mereka kadang ngobrol satu sama lain. Detail kecil yang bikin suasana makin “hidup”.
Gameplay Co-op yang Ngajak Marah… Tapi Bikin Ketagihan
Satu kata untuk gameplay Back 4 Blood: chaotic. Tapi chaos yang terstruktur.
Sistem Kartu (Card Deck): Elemen Strategi yang Mindblowing
Yang membedakan Back 4 Blood dari L4D adalah sistem deck building. Setiap pemain membawa deck kartu yang memodifikasi gaya main mereka:
-
Tambah HP 20%
-
Reload lebih cepat
-
Regenerasi stamina
-
Bonus damage untuk headshot
Sistem ini bikin tiap run terasa beda. Kamu bisa bikin build jadi support healer, tank jalan depan, atau damage dealer spesialis melee.
Dan… lawan pun dapat corruption cards. Jadi kadang kamu dapat misi yang gelap total (butuh senter), kabut tebal, atau ada mutasi musuh yang lebih OP. Ya, random banget. Tapi seru!
Mode PvE & PvP
-
Campaign Co-op (PvE): bisa dimainkan hingga 4 orang. Progresif, ada narasi, dan tiap map punya tantangan tersendiri.
-
Swarm Mode (PvP): tim pemain melawan tim pemain yang mengendalikan Ridden. Jujur, ini lebih niche, tapi tetap fun kalau main bareng squad.
Looting & Build Adaptif
Ada banyak jenis senjata yang bisa di-modifikasi. Mau main dengan SMG dan silencer? Bisa. Mau jadi orang gila bawa senapan dan melee? Silakan.
Anekdot lagi: saya dan dua teman membangun strategi “Speed & Melee”—pakai build kartu yang bikin kita lari lebih cepat dan pukul pakai tongkat bisbol. Hasilnya? Chaos. Tapi lucunya, satu run malah kita bisa clear lebih cepat dari biasanya.
Kritik & Kontroversi: Bukan Game Sempurna, Tapi Terus Berkembang
Tidak semua berjalan mulus untuk Back 4 Blood. Ketika dirilis, banyak pemain mengeluhkan beberapa hal:
Tingkat Kesulitan yang Sadis
Bahkan di mode “Veteran”, banyak pemain merasa AI terlalu pintar, resource terlalu sedikit, dan damage musuh nggak masuk akal.
Turtle Rock akhirnya nerf beberapa elemen. Tapi di awal rilis, ini jadi topik panas. Banyak review bilang: “Kayaknya dev-nya nggak pengen kita menang.”
AI Teman yang Bodoh
Kalau kamu main solo tanpa teman? Berdoalah. AI bot-nya di awal game kurang bisa diandalkan. Mereka suka bengong, atau nembak tembok. Tapi update ke sini sudah makin mending.
DLC & Monetisasi
Meski banyak konten gratis, expansion pack seperti Tunnels of Terror dan Children of the Worm bikin fans bertanya-tanya soal arah monetisasi game ini. Tapi sisi positifnya, konten DLC ini cukup masif dan memperpanjang replayability.
Jadi walau tidak sempurna, Back 4 Blood tetap jadi contoh game yang berkembang berdasarkan feedback komunitas. Dan itu layak diapresiasi.
Back 4 Blood di 2024: Masih Layak Dimainkan?
Jawabannya: Ya, dengan catatan.
Kalau kamu suka:
-
Game co-op 4 pemain
-
Zombie, chaos, dan teamwork
-
Elemen strategi ringan lewat deck building
-
Grafis dan sound design yang solid
-
Sensasi menegangkan tapi penuh tawa bareng teman
… maka game ini masih sangat layak untuk dimainkan. Apalagi sekarang harganya lebih ramah di dompet, dan banyak patch yang bikin pengalaman lebih smooth.
Tapi ingat, Back 4 Blood bukan buat kamu yang suka main sendiri. Game ini benar-benar bersinar saat dimainkan bareng tim. Kalau main solo, kamu bakal kehilangan 70% keseruannya.
Dan buat gamer yang demen kompetitif? Swarm Mode bisa jadi tambahan bumbu. Tapi bukan fokus utama.
Penutup: Saat Dunia Game Zombie Butuh Nafas Baru, Back 4 Blood Hadir (Meski dengan Tersedak Dikit)
Back 4 Blood bukan hanya penerus L4D. Ia adalah evolusi. Penuh eksperimen. Kadang berhasil, kadang bikin kesel. Tapi satu hal yang pasti: game ini dibuat dengan cinta terhadap genre co-op zombie shooter.
Dengan dunia yang kaya, gameplay yang fleksibel, dan komunitas aktif, Back 4 Blood menunjukkan bahwa game zombie masih punya tempat, asal disajikan dengan cara baru.
Kalau kamu punya tiga teman yang siap ribut, saling bantu, dan teriak bareng saat dikejar Ridden—percaya deh, kamu harus coba game ini.
Dan ingat: kalau kamu ketinggalan reload, ya salah sendiri. Jangan nyalahin tim.
Baca Juga Artikel dari: Cookie Run Kingdom: Naik Level & Main Tanpa Stres!
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Gaming